Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mobil Audi yang Dibeli Sanusi untuk Sang Istri Diatasnamakan Adik Iparnya

Kompas.com - 03/10/2016, 21:11 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Terdakwa kasus dugaan suap raperada reklamasi dan pencucian uang, Mohamad Sanusi, pernah membelikan mobil Audi A5 2.0 TFSI AT tahun 2013 untuk istrinya, Evelyn Irawan.

Menurut Evelyn, mobil itu dibeli ketika Sanusi mengajak dia dan anaknya jalan-jalan ke sebuah pameran mobil di pusat perbelanjaan di kawasan Senayan.

Di sana, Sanusi membayar uang muka untuk mobil Audi seharga Rp 500-an juta itu.

(Baca juga: Kantor Mohamad Sanusi Center Hasil Pencucian Uang atau Hanya Sewa? )

Kendati demikian, Evelyn mengaku tidak mengetahui dari mana uang untuk membeli mobil tersebut.

"Saya enggak tanya. Saya berpikir pasti suami saya punya simpenan sendiri. Kalau suami sudah antar istri ke pameran mobil, pasti dia punya rezeki lebih," kata Evelyn ketika menjadi saksi dalam sidang di Pengadilan Tipikor, Jalan Bungur Besar Raya, Senin (3/10/2016).

Mobil Audi tersebut kemudian diatasnamakan adik Evelyn, Leo Setiawan. Menurut Evelyn, hal ini dilakukan untuk menghindari pajak progresif.

Dia memilih nama adiknya karena semua nama di keluarganya sudah membeli mobil.

"Menghindarkan pajak progresif. Suami tanya mau diatasnamakan siapa, saya usul adik saya, karena nama di keluarga saya sudah diatasnamakan," ujar Evelyn.

Sebelum 2015, pajak progresif memang didasarkan pada nama pemilik kendaraan.

Berdasarkan aturan ini, pajak progresif dikenakan pada kendaraan yang pemiliknya merupakan wajib pajak yang telah terdaftar.

Artinya, kendaraan yang kena pajak progresif adalah kendaraan kedua si pemilik.

(Baca juga: Kata Sang Istri, Sanusi Sering Pakai Mobil Mewah Sejak Sebelum Jadi Anggota DPRD)

Usai persidangan, Sanusi menjelaskan masalah penggunaan nama adik iparnya ketika membeli mobil Audi.

Kata dia, nama Evelyn digunakan oleh adiknya ketika membeli mobil.

"Jadi karena nama istri saya sudah dipakai dia, sekarang ditukar saja jadinya nama dia dipakai," ujar Sanusi.

Sanusi mengatakan, alasan menghindari pajak progresif juga kurang tepat. Sebab, kata dia, saat ini pajak progresif dikenakan berdasarkan alamat.

Kompas TV Ahok Jadi Saksi Untuk Terdakwa Sanusi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Kembali ke Kantor Usai Buang Jasad Korban

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Kembali ke Kantor Usai Buang Jasad Korban

Megapolitan
Pemkot Depok Akan Bebaskan Lahan Terdampak Banjir di Cipayung

Pemkot Depok Akan Bebaskan Lahan Terdampak Banjir di Cipayung

Megapolitan
Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Polisi Buru Maling Kotak Amal Mushala Al-Hidayah di Sunter Jakarta Utara

Megapolitan
Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Ditemukan Meninggal Dunia

Megapolitan
Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Polisi Selidiki Pelaku Tawuran yang Diduga Bawa Senjata Api di Kampung Bahari

Megapolitan
'Update' Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

"Update" Kasus DBD di Tamansari, 60 Persen Korbannya Anak Usia SD hingga SMP

Megapolitan
Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Bunuh dan Buang Mayat Dalam Koper, Ahmad Arif Tersinggung Ucapan Korban yang Minta Dinikahi

Megapolitan
Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Pria yang Meninggal di Gubuk Wilayah Lenteng Agung adalah Pemulung

Megapolitan
Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Mayat Pria Ditemukan di Gubuk Wilayah Lenteng Agung, Diduga Meninggal karena Sakit

Megapolitan
Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Tawuran Warga Pecah di Kampung Bahari, Polisi Periksa Penggunaan Pistol dan Sajam

Megapolitan
Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin 'Jogging Track'

Solusi Heru Budi Hilangkan Prostitusi di RTH Tubagus Angke: Bikin "Jogging Track"

Megapolitan
Buka Pendaftaran, KPU DKI Jakarta Butuh 801 Petugas PPS untuk Pilkada 2024

Buka Pendaftaran, KPU DKI Jakarta Butuh 801 Petugas PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Anggota PPS untuk Pilkada 2024

KPU DKI Jakarta Buka Pendaftaran Anggota PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Bantu Buang Mayat Wanita Dalam Koper, Aditya Tak Bisa Tolak Permintaan Sang Kakak

Bantu Buang Mayat Wanita Dalam Koper, Aditya Tak Bisa Tolak Permintaan Sang Kakak

Megapolitan
Pemkot Depok Bakal Bangun Turap untuk Atasi Banjir Berbulan-bulan di Permukiman

Pemkot Depok Bakal Bangun Turap untuk Atasi Banjir Berbulan-bulan di Permukiman

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com