Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada "Serba Pantang" di Imlek, Apa Kata Generasi Milenial Tionghoa?

Kompas.com - 27/01/2017, 17:57 WIB
Hisnudita Hagiworo

Penulis


KOMPAS.com
- Ada banyak tradisi berlangsung, lengkap dengan segala pernak-perniknya, setiap kali Imlek tiba. Di tengah semua itu, ada sederet pantangan yang sudah jadi "keyakinan" turun-temurun.

Pada malam menjelang Imlek, misalnya, keluarga besar keturunan Tionghoa punya tradisi untuk berkumpul di rumah kerabat tertua. Sejumlah makanan khas—bahkan ada yang hanya bisa ditemui saat Imlek—bakal jadi suguhan di pertemuan.

Budaya memberi uang dalam amplop merah—angpau—pun masih terus berlangsung hingga kini. Uang itu diberikan kepada anggota keluarga yang lebih muda, dari anak-anak sampai dewasa tetapi belum menikah.

Bagi generasi milenial—mereka yang tumbuh dewasa pada era 2000-an—pemaknaan atas sejumlah tradisi tersebut beragam.

Penampilan

Dalam tradisi Imlek, ada sejumlah anjuran yang sudah terasa laiknya pakem soal penampilan.  Keturunan Tionghoa, misalnya, harus mengenakan pakaian baru. Itu pun harus pakaian berwarna merah.

Di budaya China, warna merah melambangkan rezeki dan keberuntungan. Adapun "status" baru untuk baju merupakan simbolisasi harapan pada tahun mendatang para pemakainya juga mendapatkan rezeki baru.

Pakaian baru tak hanya untuk baju luar yang dipakai untuk bertandang atau menerima kunjungan pada malam menjelang Imlek, tetapi juga berlaku pada pakaian tidur, pakaian dalam, bahkan seprei alas tidur.

KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA Lampion menghiasi dan menyemarakkan Pasar Imlek Semawis di Gang Pinggir, Pecinan, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (4/2/2016). Pasar Imlek Semawis yang diadakan 4-6 Februari ini menjadi agenda rutin dengan berbagai kegiatan dari seni, budaya, hingga kuliner.

“Kalau mampu, semuanya harus baru. Benar-benar baru. Jadi tiap tahun ganti terus. Karena kan tahun baru, agar berkahnya baru lagi,” ujar Vincy (25 tahun), keturunan Tionghoa dari Pekanbaru, yang dihubungi Kompas.com, Rabu (25/1/2017).

Vincy juga menuturkan, dia akan memotong rambutnya setiap menjelang Imlek. “Potong rambut itu 'harus banget', untuk membuang sial,” ujar dia mantap.

Serba pantang

Selain segala yang berbau "harus", Imlek juga punya sederet daftar "pantang". Tujuan segala larangan adalah menghindari hal buruk terjadi pada tahun mendatang. 

Selama Imlek, para keturunan Tionghoa dilarang keras untuk bersih-bersih rumah. Bahkan, memegang sapu saja sudah harus dihindari selama perayaan tahun baru penanggalan China itu.

“(Pegang sapu apalagi menyapu diyakini) bisa menyapu rejeki yang datang," sebut Lady (24), juga salah satu warga Tionghoa generasi milenial di Jakarta.

Setali tiga uang, ujar Lady, pegang barang yang tajam-tajam juga masuk daftar larangan selama Imlek. "(Dikhawatirkan) nanti memotong rezeki yang datang," kata dia.

GARRY ANDREW LOTULUNG Pedagang pernak-pernik Tahun Baru China atau Imlek di Pasar Glodok di kawasan Pecinan Petak Sembilan, Taman Sari, Jakarta Barat, Rabu (25/1/2017). Aktivitas ekonomi di Pasar Glodok menunjukkan peningkatan dan para pedagang sudah menjajakan berbagai kebutuhan perayaan menjelang Imlek 2568 pada 28 Januari 2017.

Perempuan asal Gorontalo ini juga bercerita, barang seperti piring dan gelas yang pecah hanya boleh dikumpulkan dan tak boleh dibuang selama perayaan Imlek. “Dikumpulin dulu dan disimpan di dalam rumah. Tunggu lima hari setelah Imlek baru boleh dibuang," kata dia.

Didikan yang Lady dapatkan, benda yang pecah dapat diartikan sebagai perlambang kesialan. Hal ini senada dengan larangan membuang sampah selama Imlek.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com