Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok: Perempuan atau Laki-laki, jika Curang ya Orang Tua Menghardik

Kompas.com - 11/02/2017, 06:14 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon gubernur DKI Jakarta nomor pemilihan dua, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, pada debat ketiga Pilkada DKI pada Jumat (10/2/2017) malam mengibaratkan hubungan gubernur dan wakil gubernur dengan warga layaknya hubungan orang tua dengan anak. Maka saat anak tidak tertib, orang tua berkewajiban menertibkan, termasuk menghardik mereka.

Pada saat konferensi pers seusai debat, Ahok mengatakan bahwa dia ingin menanggapi komentar cawagub DKI nomor pemilihan satu Sylviana Murni yang menyebut dia telah melakukan kekerasan verbal terhadap kaum perempuan.

"Saya sampaikan tadi kami itu seperti orang tua pada anak. Mau perempuan, mau laki-laki, ketika kamu mulai curang, kamu nakal, tentu sebagai orang tua kami menghardik. Itu yang kami lakukan," kata Ahok di Hotel Bidakara, Jalan Gatot Subroto, tempat debat itu berlangsung.

Ahok memberi perumpaan sebuah keluarga di rumah. Kata dia, tiap anak terikat aturan yang diterapkan orangtua di rumah itu. Jika tiba-tiba ada kerabat yang datang ke rumah dan mengabaikan aturan di sana, maka sistem akan rusak.

"Jangan om-tante datang, lalu merusak aturan, lalu mengimingi anak kita itu boleh ini itu. Rusak dong aturan kita, padahal membentuk seorang anak itu butuh waktu," ujar Ahok.

Ahok mengatakan, dia butuh waktu tiga tahun untuk membimbing warga agar beradaptasi tinggal di rumah susun. Hal itu demi memindahkan warga dari permukiman kumuh ke tempat yang lebih layak. Sebagai orangtua, kata Ahok, mereka tidak boleh membiarkan anak-anak tinggal di tempat yang tidak layak.

Ahok pun berharap pasangan cagub dan cawagub DKI tidak mengabaikan aturan yang ada hanya demi meraih simpati warga.

"Makanya saya beri masukan, kamu jangan merusak sistem. Jadi gubernur ya jadi gubernur aja deh. Tapi jangan merusak aturan. Orang kalau tinggal dibantaran kali salah ya salah," ujar Ahok.

Saat debat, Sylviana mengatakan, angka kekerasan terhadap perempuan meningkat dari tahun 2015 ke 2016 berdasarkan data Komnas Perempuan. Namun, Sylvi menyayangkan perilaku Ahok yang dinilainya justru melakukan kekerasan verbal terhadap perempuan.

"Bagaimana bisa seorang gubernur menurunkan tingkat kekerasan terhadap perempuan, padahal gubernur itu sendiri adalah pelaku kekerasan verbal," tanya Sylvi kepada Ahok.

Dalam debat ketika menjawab pertanyaan itu, Ahok mengatakan bahwa Sylvi merujuk kepada satu kasus ketika dia menghardik seorang ibu yang mencairkan dana Kartu Jakarta Pintar (KJP) untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan tujuan pembuatan kartu itu. Kasus itu, menurut Ahok, tidak bisa menggambarkan bagaimana dia memperlakukan perempuan.

Ahok mengatakan, kalau benar karakter dia seperti itu, yaitu keras terhadap perempuan, lalu bagimana menjelaskan banyaknya perempuan yang ingin berfoto bersama dia selama ini, bahkan saat kampanye mereka rela antre dan mau bayar untuk itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Megapolitan
Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Megapolitan
Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Megapolitan
'Mayday', 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

"Mayday", 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

Megapolitan
Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Megapolitan
3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

Megapolitan
Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Megapolitan
PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

Megapolitan
Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Megapolitan
Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Megapolitan
Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Megapolitan
Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Megapolitan
Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Megapolitan
Polisi Tutup Kasus Kematian Brigadir RAT, Kompolnas: Sudah Tepat karena Kasus Bunuh Diri

Polisi Tutup Kasus Kematian Brigadir RAT, Kompolnas: Sudah Tepat karena Kasus Bunuh Diri

Megapolitan
Pengedar Narkoba yang Ditangkap di Depok Konsumsi Ganja Berbentuk 'Liquid'

Pengedar Narkoba yang Ditangkap di Depok Konsumsi Ganja Berbentuk "Liquid"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com