JAKARTA, KOMPAS.com — Akademisi dari Universitas Trisakti, Yayat Supriyatna, menilai keberadaan mal di Jakarta memicu kanibalisme di antara mal-mal itu sendiri. Pengamat perkotaan itu mengatakan, banyak ruang kosong yang tidak terpakai di mal karena tidak terjual sehingga tidak mencapai target.
"Setiap ada mal baru, menjadi ancaman bagi mal lama. Mal-mal lama banyak yang ditinggalkan," kata Yayat saat dihubungi Kompas.com, Kamis (19/9/2013).
Yayat yakin bahwa warga Jakarta perlahan-lahan akan meninggalkan mal. Hal itu dikarenakan pengunjung mal hanya berasal dari kalangan-kalangan tertentu, yaitu kelas menegah ke atas. Ia berharap semua pihak mendukung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang menghentikan penerbitan izin pembangunan mal baru.
"Kebijakan Pak Jokowi harus kita apresiasi, suatu langkah bijak untuk mengendalikan pertumbuhan mal yang sudah tidak wajar," ujar Yayat.
Yayat mengatakan, kebijakan moratorium pembangunan mal sangat tepat karena pertumbuhan mal sudah tidak wajar dan melampaui batas. Ia berpendapat, penghentian penerbitan izin pembangunan mal baru dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di kota-kota sekitar Jakarta sehingga beban Jakarta akan semakin berkurang.
Yayat menyarankan kepada Pemerintah Provinsi DKI untuk menegakkan hukum tentang tata cara mendirikan pusat perbelanjaan. Ia juga menyatakan perlu ada audit kembali untuk mengetahui siapa dan mengapa Jakarta diserbu mal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.