Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahok Tak Sabar KPK Turun Tangan dalam Kasus Bus Berkarat

Kompas.com - 11/03/2014, 14:21 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengaku berharap, kasus dugaan korupsi pada pengadaan transjakarta dan bus kota terintegrasi busway (BKTB) segera masuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Berdasarkan hasil laporan Inspektorat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dugaan korupsi pengadaan bus itu sudah sampai pada tahap penentuan spesifikasi transjakarta dan BKTB yang baru.

KPK, kata pria yang akrab disapa Ahok ini, punya jurus untuk mengungkapnya. "Kalau di KPK, penanganannya seperti kasus pengadaan alat-alat damkar dulu. Dipereteli satu per satu sama KPK. Ditelisik ini harga berapa, ditelisik proses kenapa barang itu yang digunakan. Biar kena," papar Ahok kepada Kompas.com, Senin (10/3/2014).

Salah satu komponen yang diakui Ahok bermasalah adalah tabung bahan bakar gas (BBG) tipe 4 yang digunakan di semua bus transjakarta dan BKTB, baik yang baru maupun yang sudah lama.

Informasi ketidaklayakan tabung tipe itu sudah didapat sejak sebelumnya. Ahok mengakui, saat itu dia tidak bisa berbuat apa-apa karena proses pengadaan bus melalui sistem tender.

"Saya enggak ngerti itu soal tabung. Tapi yang pasti, sejak awal, memang sudah ada indikasi enggak benar ngadain-nya," ujar Ahok.

Oleh sebab itu, Ahok berharap investigasi oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) segera rampung. Ahok yakin, BPKP menemukan penyimpangan sehingga kasus bus berkarat tersebut dapat dilanjutkan segera ke KPK.

Jokowi berbenah

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo juga menyoroti proses penentuan spek bus yang dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan DKI dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Namun, Jokowi mengaku juga tidak dapat mengintervensi proses itu.

"Kita kan ndak bisa tunjuk merek tertentu. Kita hanya bisa sebut spesifikasinya apa, nah itu yang merujuk pada merek tertentu. Kalau itu, boleh. Tapi kalau merek, ya ndak bisa," ujar Jokowi.

Jokowi mengaku telah menemukan solusi atas proses itu. Pada bulan April 2014, saat APBD 2014 dapat digunakan, semua pengadaan barang dan jasa menggunakan katalog elektronik (E-catalog). Dengan demikian, mulai dari penentuan spek hingga sampai pada kualitas barang yang dibeli, seluruhnya terpantau dengan baik.

"Saya kira E-catalog itu perombakan total. Ndak pakai lelang lagi. Nanti tiba-tiba yang menang bisa temanmu, bisa musuhmu. Tapi kalau e-catalog, tidak bisa lagi," ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, bus baru yang didatangkan Dishub DKI Jakarta mengalami kerusakan komponen, misalnya komponen berkarat dan berjamur, serta beberapa instalasi yang tampak tidak dibaut. Bahkan, ada bus yang tak dilengkapi fanbelt mesin dan AC. Kondisi itu memicu tidak beroperasinya sejumlah bus.

Kesimpulan dari Inspektorat DKI Jakarta menunjukkan adanya dugaan penyimpangan dalam pengadaan bus. Misalnya, spesifikasi teknis dan gambar yang disusun BPPT tak dikaji ulang oleh Dishub DKI.

Dishub DKI juga menyurvei, harga perkiraan sendiri (HPS) hanya pada peserta lelang, bukan dari merek lainnya. Tak hanya itu, banyak peserta lelang yang tidak melampirkan metode kerja dan sertifikasi ISO 9001. Padahal, kedua hal itu adalah syarat pengadaan bus. Yang mengherankan, perusahaan yang tidak punya syarat tersebut bisa lolos jadi peserta tender.

Menurut perkembangan terbaru, terungkap bahwa sejak transjakarta diluncurkan pada tahun 2004 silam, tabung bahan bakar gas yang dipakai tidak layak. Tabung tipe 4 tersebut mudah merembes sehingga rentan meledak atau sama saja dengan membahayakan penumpang.

Kasus tersebut telah ditangani Inspektorat Pemprov DKI Jakarta. Beberapa pejabat yang terlibat pengadaan bus telah diperiksa, antara lain mantan Kepala Dinas Perhubungan Udar Pristono dan Sekretaris Dinas Perhubungan Drajat Adhyaksa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Megapolitan
Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Megapolitan
Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Megapolitan
Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Megapolitan
Pengelola Rusunawa Marunda Bakal Pasang Alat Kontrol Patroli untuk Cegah Penjarahan Berulang

Pengelola Rusunawa Marunda Bakal Pasang Alat Kontrol Patroli untuk Cegah Penjarahan Berulang

Megapolitan
Menunggu Berjam-jam di Masjid Istiqlal, Warga Kecewa Tak Ada Pembagian Daging Kurban

Menunggu Berjam-jam di Masjid Istiqlal, Warga Kecewa Tak Ada Pembagian Daging Kurban

Megapolitan
Sugito Tak Masalah Dapat Daging Kurban Sedikit: Yang Penting Orang di Lingkungan Kita Bisa Makan

Sugito Tak Masalah Dapat Daging Kurban Sedikit: Yang Penting Orang di Lingkungan Kita Bisa Makan

Megapolitan
Warga Jakbar Datang ke Masjid Istiqlal Berharap Kebagian Daging Kurban: Di Rumah Cuma Dapat 2 Ons

Warga Jakbar Datang ke Masjid Istiqlal Berharap Kebagian Daging Kurban: Di Rumah Cuma Dapat 2 Ons

Megapolitan
PKB Terbitkan SK Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024

PKB Terbitkan SK Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pisau JF untuk Tusuk Tetangganya yang Ganggu Anjing Semula untuk Ambil Rumput

Pisau JF untuk Tusuk Tetangganya yang Ganggu Anjing Semula untuk Ambil Rumput

Megapolitan
Diduga Sakit, Pria Lansia Ditemukan Meninggal di Kamar Kos Bogor

Diduga Sakit, Pria Lansia Ditemukan Meninggal di Kamar Kos Bogor

Megapolitan
Pria Tewas Tertabrak KRL di Bogor, Identitas Korban Terungkap dari Buku Tabungan

Pria Tewas Tertabrak KRL di Bogor, Identitas Korban Terungkap dari Buku Tabungan

Megapolitan
Keamanan CFD Jakarta akan Diperketat Buntut Penjambretan Viral

Keamanan CFD Jakarta akan Diperketat Buntut Penjambretan Viral

Megapolitan
Pedagang Siomay di Kebayoran Berkurban Tiap Tahun, Patungan Rp 3,5 Juta untuk Beli Sapi

Pedagang Siomay di Kebayoran Berkurban Tiap Tahun, Patungan Rp 3,5 Juta untuk Beli Sapi

Megapolitan
Cerita Pedagang Siomay Rangkul Sesama Perantau di Jakarta untuk Berkurban di Kampung Halaman

Cerita Pedagang Siomay Rangkul Sesama Perantau di Jakarta untuk Berkurban di Kampung Halaman

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com