Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/06/2014, 20:05 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Lasro Marbun mengatakan, ia menemukan banyak penyaluran Kartu Jakarta Pintar (KJP) yang tidak tepat sasaran. Oleh karena itu, pihaknya harus memverifikasi ulang dan melakukan pendataan peserta didik penerima KJP. 

"Info dari lapangan, di Kelurahan Serdang, Jakarta Pusat, ada info guru bertitel drs menerima KJP. Ada juga siswa turun dari mobil Avanza, kok bisa terima KJP," kata Lasro, di Balaikota Jakarta, Rabu (4/6/2014). 

Lasro juga mendapat laporan dari masyarakat, ada dua perempuan bersuamikan tukang ojek yang mengajukan permohonan KJP untuk anak-anak mereka. Namun, mereka justru tidak mendapatkan fasilitas Pemprov DKI tersebut. Ada pula peserta didik, yang ayahnya seorang kuli bangunan, tidak mendapat KJP.

Penyaluran KJP yang tidak tepat sasaran itulah yang menimbulkan kesenjangan dan kecemburuan sosial, kata Lasro. Oleh karena itu, diperlukan pengawasan dari masyarakat.

"Waktu kami sangat terbatas, pembenahan penerima KJP pada tahun 2014 ini mungkin tidak bisa mencapai angka 80 persen. Tapi, fakta-fakta ini akan kami jadikan acuan untuk verifikasi pada tahun 2015. Keadaan siswa di sekolah, kami jadikan standar penerima KJP," ujar mantan Kepala Biro Organisasi dan Tata Laksana (Ortala) DKI itu. 

Pada Senin dan Selasa (3/6/2014) lalu, Dinas Pendidikan DKI melakukan verifikasi data di tingkat sekolah. Pada Rabu (4/6/2014), data tersebut diserahkan ke tingkat suku dinas. Kamis (5/6/2014) dan Jumat (6/6/2014), data tersebut akan diolah di Dinas Pendidikan DKI dan diserahkan kepada BPKD DKI.

Proses pencairan anggaran KJP hanya membutuhkan waktu sekitar dua jam. Ia menjanjikan dana KJP akan cair pada pekan depan. Adapun anggaran KJP dalam APBD 2014 sebesar Rp 723,32 miliar dan disediakan bagi 611.000 calon penerima KJP. 

Penyaluran dana KJP kepada siswa ini dilakukan setiap tiga bulan. Namun, beberapa waktu lalu, Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menginginkan agar penyaluran dana dilaksanakan setiap satu bulan sekali.

Menurut Lasro, DKI memerlukan payung hukum untuk mengubah kebijakan tersebut. Selain itu, Pemprov DKI juga harus berkoordinasi lebih lanjut dengan Bank DKI.
Adapun besaran dana KJP adalah Rp 240.000 untuk tingkat SMA/SMK/MA, Rp 210.000 untuk tingkat SMP/MTs, dan Rp 180.000 untuk tingkat SD/MI.

"Kalau Pak Wagub mau menaikkan nilai KJP, bisa saja, tapi tahun 2015 karena nilai ini sudah sesuai anggaran 2014," kata Lasro.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dua Ormas Bentrok hingga Lempar Batu-Helm, Lalin Jalan TB Simatupang Sempat Tersendat

Dua Ormas Bentrok hingga Lempar Batu-Helm, Lalin Jalan TB Simatupang Sempat Tersendat

Megapolitan
Kisah Perantau Bangun Masjid di Kampung Halaman dari Hasil Kerja di Tanah Perantauan

Kisah Perantau Bangun Masjid di Kampung Halaman dari Hasil Kerja di Tanah Perantauan

Megapolitan
Uniknya Seni Lukis Piring di Bekasi, Bermodalkan Piring Melamin dan Pensil Anak SD

Uniknya Seni Lukis Piring di Bekasi, Bermodalkan Piring Melamin dan Pensil Anak SD

Megapolitan
Sapi Kurban Mengamuk Saat Hendak Disembelih di Tangsel, Rusak Tiga Motor Warga

Sapi Kurban Mengamuk Saat Hendak Disembelih di Tangsel, Rusak Tiga Motor Warga

Megapolitan
Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Megapolitan
PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil 'Survei Langitan'

PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil "Survei Langitan"

Megapolitan
Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Megapolitan
Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Megapolitan
Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Megapolitan
Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Megapolitan
Pengelola Rusunawa Marunda Bakal Pasang Alat Kontrol Patroli untuk Cegah Penjarahan Berulang

Pengelola Rusunawa Marunda Bakal Pasang Alat Kontrol Patroli untuk Cegah Penjarahan Berulang

Megapolitan
Menunggu Berjam-jam di Masjid Istiqlal, Warga Kecewa Tak Ada Pembagian Daging Kurban

Menunggu Berjam-jam di Masjid Istiqlal, Warga Kecewa Tak Ada Pembagian Daging Kurban

Megapolitan
Sugito Tak Masalah Dapat Daging Kurban Sedikit: Yang Penting Orang di Lingkungan Kita Bisa Makan

Sugito Tak Masalah Dapat Daging Kurban Sedikit: Yang Penting Orang di Lingkungan Kita Bisa Makan

Megapolitan
Warga Jakbar Datang ke Masjid Istiqlal Berharap Kebagian Daging Kurban: Di Rumah Cuma Dapat 2 Ons

Warga Jakbar Datang ke Masjid Istiqlal Berharap Kebagian Daging Kurban: Di Rumah Cuma Dapat 2 Ons

Megapolitan
PKB Terbitkan SK Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024

PKB Terbitkan SK Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com