Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuat di Atas Kertas, Loyo di Lapangan

Kompas.com - 04/09/2014, 23:18 WIB
KOMPAS.com - Di tengah kekacauan tata lalu lintas dan jaringan transportasi publik di Jabodetabek, pemerintah memberikan solusi dengan menerbitkan Peraturan Menteri Nomor 54 Tahun 2013 tentang Jaringan Angkutan Umum Massal. Namun, hingga kini belum ada kejelasan realisasinya. Peraturan itu bagai macan garang bergigi ompong yang ketegasan suaranya pun diragukan.

San (37), perempuan yang menjajakan dagangan dari Stasiun Duri hingga Pasar Grogol, duduk santai menikmati KRL yang lengang dari Tanah Abang menuju Parungpanjang, Rabu (3/9). Untuk mengejar pelanggannya para pegawai yang berangkat kerja, dia selalu mengejar kereta lokal yang berangkat pukul 05.02 dari Stasiun Cilejit.

Di Parungpanjang, San menghabiskan waktu dengan berbelanja sambil menunggu KRL Tanah Abang-Maja yang tiba di Parungpanjang sekitar pukul 15.00. Meski hanya menumpang KRL itu untuk satu stasiun, yakni Cilejit, San merasa KRL masih menjadi moda transportasi yang paling cepat.

Tarif KRL juga tergolong murah, yakni Rp 3.500. Tidak jauh berbeda, saat menggunakan kereta lokal, dia hanya membayar Rp 2.000. Adapun ongkos angkot dari Parungpanjang menuju ke rumahnya mencapai Rp 5.000. Total biaya itu jika dibandingkan dengan menggunakan bus jauh lebih murah. Kalau pakai bus, bisa Rp 30.000 sekali jalan.

Perjalanan KRL di lintas Serpong, misalnya, tergolong cepat. Dari Tanah Abang ke Parungpanjang, waktu tempuh tidak sampai 1 jam. Hal serupa terjadi di Bogor yang membutuhkan waktu tempuh sekitar 1 jam sampai Manggarai.

Tidak mengherankan jika begitu banyak orang kini mengandalkan KRL untuk bergerak. Apalagi ada peningkatan kualitas layanan baik di dalam kereta juga fasilitas di dalam stasiun. Di Stasiun Pondok Ranji, yang dulu WC-nya amat jorok, kini bersih dan wangi.

Akan tetapi, keterbatasan daya angkut disertai banyaknya gangguan yang terjadi saat ini menyebabkan pengguna KRL sering telantar. Di Stasiun Manggarai, Senin lalu, lebih dari 500 orang memilih bertahan atau malah bisa disebut ”menelantarkan” diri selama penanganan gangguan.

Bagi pelanggan setia transjakarta, terungkap kisah serupa.

Izzul Waro, penasihat tentang transportasi publik berkelanjutan di Lembaga Kerja Sama Jerman, memilih tetap menggunakan transjakarta dalam mobilitas rutin sehari-harinya. Bagi dia, dengan membayar Rp 3.500 sekali jalan itu sangat murah dan efisien dibandingkan dengan harus bersepeda motor atau mengendarai mobil pribadi.

”Rumah saya di kawasan Pinang Ranti, jadi saya bisa langsung naik yang jurusan Pinang Ranti-Pluit di Koridor IX. Kalau ada keperluan ke tempat lain, sebisa mungkin juga pakai transjakarta,” katanya.

Dengan 12 koridor yang ada saat ini, bus transjakarta sebenarnya sudah menjangkau sebagian besar lokasi strategis di Jakarta. Bahkan, bagi yang ingin menuju Bekasi atau dari kawasan itu ke Jakarta, sudah ada Koridor II yang telah diperpanjang koridornya hingga ke Harapan Indah, Bekasi.

Namun, seperti halnya dengan kereta, jalur transjakarta belum sepenuhnya terintegrasi dengan angkutan reguler yang ada. Sebagai sesama angkutan massal pun integrasi antara transjakarta dan KRL masih minim.

Penambahan banyak trayek baru angkutan perbatasan terintegrasi bus transjakarta pun tetap belum mampu memintal jaring integrasi antarmoda angkutan secara utuh. Lagi-lagi hal ini karena implementasi Peraturan Menteri Nomor 54 Tahun 2013 tentang Jaringan Angkutan Umum Massal tumpul.

Bergerak sendiri

Direktur Utama PT KAI Commuter Jabodetabek Tri Handoyo mengatakan, dengan jumlah penumpang sekitar 600.000 orang per hari, daya angkut KRL hanya 3 persen dari jumlah perjalanan orang di Jabodetabek yang mencapai 20 juta per hari. ”Di Bogor dan Maja, potensi penumpang masih sangat banyak karena angkutan alternatif sangat terbatas. Berbeda dengan lintas Tangerang yang memiliki banyak alternatif, termasuk transjakarta yang sampai Kalideres,” ujarnya.

Kalaupun jumlah pengangkutan penumpang 1,2 juta orang per hari pada 2018 tercapai, sumbangan pengangkutan penumpang hanya sekitar 5 persen dari total perjalanan.

Padahal, untuk mencapai pengangkutan 1,2 juta orang per hari, persiapan yang mesti dilakukan sangat banyak, mulai dari menambah jumlah kereta sampai memperbaiki prasarana yang kerap mengalami gangguan. Di sisi lain, masih ada persoalan pintu pelintasan kereta yang akan kian sering menutup.

Transjakarta diperluas

Pemprov DKI Jakarta berupaya menggerus ketimpangan layanan bus transjakarta dengan mengembangkan rute transjakarta jarak jauh. Pemerintah membuka pembicaraan terkait rute jarak jauh di wilayah itu. Namun, realisasi program itu tergantung komitmen pemerintah setempat.

Direktur Utama PT Transportasi Jakarta ANS Kosasih mengatakan, pembicaraan mengenai program itu terus dilakukan. ”Selama ini sudah ada pembicaraan dengan pemerintah di sekitar Jakarta. Kami selalu membuka diri agar kerja sama seperti ini dapat direalisasikan,” kata Kosasih.

Terkait program ini, PT TransJak akan melibatkan operator yang sudah ada. Mereka diajak bergabung dalam satu manajemen pengelolaan PT TransJak, termasuk operator angkutan perbatasan terintegrasi bus transjakarta. Pembicaraan lebih lanjut tentang kerja sama itu masih menunggu konfirmasi dari operator.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rumah 2 Lantai di Bogor Terbakar, Kerugian Ditaksir Capai Rp 15 Juta

Rumah 2 Lantai di Bogor Terbakar, Kerugian Ditaksir Capai Rp 15 Juta

Megapolitan
Soal Kans Duet dengan Anies di Pilkada Jakarta, Sandiaga: Enggak Ada Ajakan

Soal Kans Duet dengan Anies di Pilkada Jakarta, Sandiaga: Enggak Ada Ajakan

Megapolitan
Rumah Kosong 2 Lantai di Bogor Terbakar, Penyebab Belum Diketahui

Rumah Kosong 2 Lantai di Bogor Terbakar, Penyebab Belum Diketahui

Megapolitan
Dinas KPKP DKI Jakarta Periksa 79.786 Hewan Kurban, Seluruhnya Dinyatakan Sehat

Dinas KPKP DKI Jakarta Periksa 79.786 Hewan Kurban, Seluruhnya Dinyatakan Sehat

Megapolitan
Bisa Cemari Lingkungan, Pengusaha Konfeksi di Tambora Diminta Tak Buang Limbah Sembarangan

Bisa Cemari Lingkungan, Pengusaha Konfeksi di Tambora Diminta Tak Buang Limbah Sembarangan

Megapolitan
Jusuf Kalla Persilakan Anies Maju Pilkada Jakarta 2024

Jusuf Kalla Persilakan Anies Maju Pilkada Jakarta 2024

Megapolitan
Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Ini, Warga: Perbedaan Hal Biasa

Masjid Agung Al-Azhar Gelar Shalat Idul Adha Hari Ini, Warga: Perbedaan Hal Biasa

Megapolitan
Anies-Sandiaga Tak Berencana Duet Kembali pada Pilkada Jakarta

Anies-Sandiaga Tak Berencana Duet Kembali pada Pilkada Jakarta

Megapolitan
Namanya Diusulkan DPD PDI-P untuk Pilkada Jakarta 2024, Anies: Mengalir Saja, Santai...

Namanya Diusulkan DPD PDI-P untuk Pilkada Jakarta 2024, Anies: Mengalir Saja, Santai...

Megapolitan
Akrab dengan Sandiaga Saat Nobar, Anies Sebut Tak Bahas Pilkada Jakarta 2024

Akrab dengan Sandiaga Saat Nobar, Anies Sebut Tak Bahas Pilkada Jakarta 2024

Megapolitan
Momen Anies Salami Jusuf Kalla Sambil Membungkuk dan Hormat ke Sandiaga Sebelum Nobar Film 'Lafran'

Momen Anies Salami Jusuf Kalla Sambil Membungkuk dan Hormat ke Sandiaga Sebelum Nobar Film "Lafran"

Megapolitan
Pengelola Jakarta Fair 2024 Siapkan Area Parkir di JIExpo Kemayoran, Bisa Tampung Puluhan Ribu Kendaraan

Pengelola Jakarta Fair 2024 Siapkan Area Parkir di JIExpo Kemayoran, Bisa Tampung Puluhan Ribu Kendaraan

Megapolitan
Seekor Sapi Masuk ke Tol Jagorawi, Lalu Lintas Sempat Macet

Seekor Sapi Masuk ke Tol Jagorawi, Lalu Lintas Sempat Macet

Megapolitan
10 Nama Usulan DPD PDI-P untuk Pilkada Jakarta: Anies, Ahok, dan Andika Perkasa

10 Nama Usulan DPD PDI-P untuk Pilkada Jakarta: Anies, Ahok, dan Andika Perkasa

Megapolitan
Video Viral Bule Hina IKN Ternyata Direkam di Bogor

Video Viral Bule Hina IKN Ternyata Direkam di Bogor

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com