"Seperti apa Chastelein dan tindakan dia pada masa lalu, itu yang tidak dipahami Pemkot. Chastelein justru yang mengkritik bukan VOC," kata JJ Rizal, yang juga bakal calon wali kota Depok pada Pilkada Oktober 2015, kepada para wartawan, Senin (8/9/2014).
Rizal menuturkan, Chastelein membeli tanah seluas 22.117 meter persegi di Depok lalu membangunnya menjadi sebuah daerah mandiri. Chastelein ingin memberi contoh kepada pemerintah kolonial Belanda soal konsep masyarakat yang seharusnya dibentuk di Indonesia.
Lebih lanjut, Rizal mengatakan, pelarangan tersebut juga membuktikan adanya upaya penghilangan sejarah Depok.
"Harus ada pengenalan Chastelein seperti apa pada masa lalu. Sejarah tentang Chastelein harusnya dikenalkan lewat pelajaran di sekolah," katanya.
Tugu Chastelein didirikan pada 28 Juni 1914 oleh Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC) untuk memperingati HUT ke-200 Kota Depok. Akan tetapi, pada tahun 1960-an, tugu tersebut dihancurkan oleh warga karena dianggap sebagai simbol antek-antek Belanda.
Pada peringatan hari ke-300 Kota Depok, 28 Juni 2014, YLCC ingin membangun kembali tugu tersebut persis seperti sediakala, tak terkecuali kutipan harapan Chastelein.
Kutipan harapan yang menjadi asal muasal pertimbangan Pemkot Depok dalam melarang pendirian tugu Chastelein adalah kutipan perkataan Chastelein yang berbunyi "Mijn intentie is dat te Depok mettertijd een fraale Christenbevolking groele."
Yano Jonathans dari YLCC menerjemahkan kata-kata Chastelein menjadi: "harapan saya kelak Depok jadi masyarakat Kristen yang sejahtera".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.