"Saya bukan tipe (gubernur) yang mau lari dari (aduan) warga. Saya kasih kursi untuk orang duduk dan bicara masalah mereka," kata Basuki di Balai Kota, Jumat (20/2/2015).
Pemprov DKI saat ini menyediakan fasilitas berupa empat set kursi di pendapa Balai Kota DKI. Pemandangan ini tak pernah terlihat saat pemerintahan Gubernur DKI sebelumnya. Tiap satu set-nya terdiri dari empat kursi khas Betawi lengkap dengan meja bundar. Kursi ini, lanjut Basuki, khusus disediakan bagi warga yang ingin menemuinya setiap pagi sebelum ia berkantor guna menyampaikan masalahnya secara langsung kepadanya.
"Kalau saya mau marahi warga, pasti orang sudah enggak mau datang lagi," kata Basuki.
Apabila ada oknum yang mengadu sebagai warga dan mengadu dengan nada tinggi, Basuki mengaku tidak akan memedulikannya, seperti saat Rabu (18/2/2015) lalu ketika ia didatangi oleh seorang pengacara yang membawa seorang nenek untuk memenangkan sengketa lahan di pengadilan. Pengacara yang diketahui bernama Khaerudin itu membentak Basuki dan memanfaatkan keberadaan nenek untuk menghalangi kepergian Basuki.
Terkait permasalahan sengketa lahan ini, Basuki meminta warga menyelesaikan permasalahannya di kantor Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP) DKI. Menurut dia, badan yang baru dibentuk DKI ini telah bekerja sama dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) sehingga permasalahan sengketa lahan warga juga bisa diselesaikan di kantor BPTSP DKI.
"Solusinya datang ke PTSP saja untuk urusi surat. Tapi, ini (kejadian hari Rabu) enggak ada hubungannya sama sertifikat. Ini kasus dia ingin menangi tanah yang menurut dia kakek neneknya pernah garap. Lu enggak boleh kayak gitu," ujar Basuki.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.