Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengakuan Penumpang KRL yang Pukul Petugas Stasiun karena Ditegur Merokok

Kompas.com - 21/04/2015, 17:45 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Lantaran memukul petugas keamanan Stasiun Pondok Jati, di Matraman, Jakarta Timur, FA (41), salah satu penumpang KRL Commuter Line, kini meringkuk di balik sel tahanan Mapolsek Matraman.

FA melepaskan tinjunya ke petugas stasiun bernama Muhammad Iqbal karena ditegur saat merokok di dalam stasiun.

Ditemui Kompas.com di Mapolsek Matraman, FA menuturkan awal mula saat dia hendak menumpang kereta menuju Stasiun Kranji dari Stasiun Pondok Jati, Senin (20/4/2015).

FA yang sedang bersama istri, adik ipar, serta keponakan duduk di salah satu bangku di peron stasiun. Saat itu, FA mengaku menunggu kereta sambil mengisap rokok dan makan camilan bersama keponakannya.

Salah satu petugas keamanan stasiun lantas datang dan menegurnya karena merokok di dalam stasiun. "Saya jawab, oh iya, ini kan tempat terbuka," kata dia kepada salah satu petugas keamanan stasiun.

Lantas, lanjut Fajar, Muhammad Iqbal yang disebutnya sebagai komandan regu di stasiun itu datang. [Baca: Tegur Penumpang Merokok, Satpam Stasiun Kritis karena Dipukuli]

Iqbal menegurnya kembali. "Bapak enggak tahu aturan ya, itu kan ada tulisannya. Kamu kalau mau bikin aturan di rumah saja, keluar saja," ujar FA menirukan perkataan Iqbal.

FA mengaku awalnya diam saja menanggapi teguran petugas stasiun. Namun, dia kemudian merespons karena merasa banyak penumpang kereta lain sudah ramai melihat. FA mengklaim, Iqbal kembali menyuruhnya keluar.

"Saya akhirnya berdiri, mau menghindar dari omelan dia. Tetapi, karena mungkin jaraknya dekat dengan saya, pas berdiri kesenggol (badan) sama tangan kiri saya," ujar FA.

FA menyebut, Iqbal mendorongnya. Spontan, kata dia, tangan kanannya mengayun lalu mengenai bagian bawah kiri rahang Iqbal.

Bogem dari pria yang mengaku pernah mengikuti latihan tinju semasa SMA selama empat tahun itu membuat Iqbal tersungkur. "Spontan saja," ujarnya.

Hiruk pikuk yang terjadi antara FA dan petugas keamanan stasiun itu menarik perhatian penumpang kereta lainnya.

Ada yang bahkan meneriakinya sebagai maling. Hal itu membuat ia berusaha lari dengan melompat dari peron ke rel, lalu menaiki peron seberang stasiun dan berlari ke luar stasiun.

"Sampai di luar warga pada nanya, 'Ada apa Bang?'. Saya bilang saya habis berantem di dalam. Akhirnya diamankan sama warga, tetapi saya enggak diapa-apain. Lalu datang petugas banyak," ujar FA.

Kepala Kepolisian Sektor Matraman Komisaris Ua Triyono menuturkan, dari hasil pemeriksaan, tersangka mengaku memukul korban secara sengaja.

"Pengakuannya sengaja, memang dia bekas petinju. Waktu sekolah pernah latihan tinju dan naik ring beberapa kali, tetapi sekarang bekerja sebagai buruh," ujar Ua.

Akibat perbuatannya, FA dikenakan Pasal 351 tentang Penganiayaan dengan ancaman lima tahun penjara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penampilan TikToker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Penampilan TikToker Galihloss Usai Jadi Tersangka, Berkepala Plontos dan Hanya Menunduk Minta Maaf

Megapolitan
4 Pebisnis Judi 'Online' Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

4 Pebisnis Judi "Online" Bikin Aplikasi Sendiri lalu Raup Keuntungan hingga Rp 30 Miliar

Megapolitan
Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Remaja yang Tewas di Hotel Senopati Diduga Dicekoki Ekstasi dan Sabu Cair

Megapolitan
Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Pintu Air Bendung Katulampa Jebol, Perbaikan Permanen Digarap Senin Depan

Megapolitan
Masih Banyak Pengangguran di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Masih Banyak Pengangguran di Tanah Tinggi, Kawasan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Dinas SDA DKI: Normalisasi Ciliwung di Rawajati Bisa Dikerjakan Bulan Depan

Megapolitan
Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Warga Miskin Ekstrem di Tanah Tinggi Masih Belum Merasakan Bantuan, Pemerintah Diduga Tidak Tepat Sasaran

Megapolitan
Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Mobil Rubicon Mario Dandy Tak Laku Dilelang

Megapolitan
Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Khawatir Tak Lagi Dikenal, Mochtar Mohamad Bakal Pasang 1.000 Baliho untuk Pilkada Bekasi

Megapolitan
Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Tiktoker Galihloss Akui Bikin Konten Penistaan Agama untuk Hiburan

Megapolitan
Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Polisi Sita Senpi dan Alat Bantu Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Empat Ruangan Hangus

Megapolitan
Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi 'Online' di Depok yang Jual Koin Slot lewat 'Live Streaming'

Polisi Tangkap Empat Pebisnis Judi "Online" di Depok yang Jual Koin Slot lewat "Live Streaming"

Megapolitan
Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Punya Penjaringan Sendiri, PDI-P Belum Jawab Ajakan PAN Usung Dedie Rachim di Pilkada Bogor

Megapolitan
Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Begini Tampang Dua Pria yang Cekoki Remaja 16 Tahun Pakai Narkoba hingga Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com