Tak hanya itu, di lututnya pun terdapat retak. Sehingga, ada pula dugaan pria yang meninggal di usia 54 tahun itu dibunuh. Hal ini disanggah oleh Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya Komisaris Besar Musyafak.
"Dari hasil otopsi, kematiannya akibat serangan jantung. Sementara luka-luka itu dianggap wajar dan bukan penyebab kematian," kata dia kepada Kompas.com, Kamis (23/4/2015).
Musyafak menduga, luka-luka yang dialami Yoseph adalah akibat terjatuh saat ia mendapat serangan jantung. Namun, hal itu masih harus didalami lagi.
"Saya hanya menyampaikan hasil otopsi, yang menyatakan korban meninggal akibat serangan jantung, bukan penganiayaan," kata dia.
Musyafak menjelaskan, Yoseph meninggal akibat serangan jantung karena ditemukan trombus pada pembuluh darah menuju jantungnya.
Trombus adalah istilah medis untuk penumpukan darah yang menggumpal karena proses pembekuan. Trombus bisa menyumbat pembuluh darah sehingga membuat darah tidak bisa mengalir dengan lancar.
Aliran darah yang tidak lancar ke jantung memicu serangan jantung. Sebab, jantung tidak lagi mendapat cukup oksigen yang dibawa oleh darah. [Baca: Kabareskrim: Anak Buah Menteri Susi yang Tewas Saksi Kunci "Illegal Fishing"]
Tidak cukupnya suplai oksigen menyebabkan kematian sel-sel jantung dan akhirnya membuat organ tersebut tidak berfungsi.
Sebelumnya, jenazah Yoseph ditemukan di salah satu hotel di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (18/4/2015). Sempat ada dugaan Yoseph tewas karena dibunuh, karena sempat disebut ada luka di pipinya.
Yoseph memiliki pengetahuan tentang praktik ilegal fishing yang terjadi di Benjina, Perairan Aru, Maluku. Hal ini diakui Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Ia mengatakan, Yoseph merupakan saksi kunci perbudakan anak buah kapal (ABK) asing di Benjina.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.