Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Syarif: Ahok Lucu, Ring 1 "Ditempatin" Lenggang Jakarta

Kompas.com - 29/05/2015, 13:36 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota DPRD DKI dari Fraksi Partai Gerindra, Syarif, heran Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menyebut dia lucu dan tidak mengerti perda. Menurut Syarif, justru Ahok (sapaan Basuki) yang tidak paham mengenai perda.

"Ahok justru stand up comedy jago. Justru dia yang lucu, ada ring 1 ditempatin Lenggang Jakarta. Saya ini muridnya Ahok deh di bidang perlucuan," ujar Syarif di Gedung DPRD DKI, Jumat (29/5/2015).

Dia mengatakan, mengacu kepada Peraturan Daerah (Perda) Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum (Tibum), PKL tidak boleh berdagang di ring 1, termasuk kawasan Monas.

Menurut Syarif, pedagang yang berjualan di Lenggang Jakarta adalah pedagang kaki lima (PKL) yang dibina. Dalam bahasa perda, ada istilah lokbin yang berarti lokasi binaan.

Syarif mengatakan, Lenggang Jakarta termasuk lokbin bagi para PKL di Monas. "Kalau mau patuh perda, jangan ada Lenggang Jakarta sekalian," ujar dia.

Meski demikian, Syarif mengaku tidak mempermasalahkan hal tersebut. Sebab, dalam sebuah kebijakan, ada yang disebut diskresi. [Baca: Ahok: Pak Syarif Anggota Dewan yang Terhormat, Ngerti Perda Enggak?]

Syarif mengatakan, diskresi ini memperbolehkan pejabat membuat kebijakan yang melanggar peraturan asalkan demi kepentingan umum dan masih dalam batas wilayah kewenangannya.

Syarif mengatakan, Lenggang Jakarta bisa saja bagian dari diskresi tersebut. Akan tetapi, dia mengatakan, kebijakan Lenggang Jakarta harus adil bagi semua PKL.

Dia pribadi mendukung program Lenggang Jakarta. Namun, dia tidak mau jika PKL yang berjualan di luar Lenggang Jakarta harus dilawan dengan cara kekerasan tiap penertiban.

Selain itu, dia juga menyarankan agar kapasitas Lenggang Jakarta diperbesar agar PKL yang ditampung bisa lebih banyak.

"Jadi, kalau dibilang saya enggak mengerti perda, saya mengerti perda. Itu justru dilarang berjualan di situ. Dia kan istilahnya menepuk air di dulang terpecik muka sendiri. Jadi, dia justru menunjukkan sendiri bahwa apa yang saya kunjungi itu hal-hal pelanggaran," ujar dia.

Sebelumnya, Ahok mengaku bingung dengan Syarif yang berdialog dengan PKL Monas, Kamis (28/5/2015) kemarin. Ketika PKL Monas itu menunjukkan KTP DKI, Syarif mempertanyakan keputusan Basuki tidak memasukkan para pedagang itu ke dalam Lenggang Jakarta.

Kebingungan Basuki terhadap Syarif semakin bertambah ketika ia membela PKL Monas. Padahal, berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum (Tibum), PKL tidak boleh berdagang di ring 1, termasuk kawasan Monas.

"Anggota DPRD ini kan lucu. Dia yang ketok palu perda mengatakan Monas adalah kawasan ring 1 dan tidak boleh dipergunakan untuk berjualan," kata Basuki.

"Cabut dong perdanya yang mengatakan Monas adalah kawasan ring 1 dan enggak boleh berjualan. Jadi, Pak Syarif, anggota Dewan yang terhormat, mengerti perda enggak sih? Ini kan lucu saja, dia mau sok-sokan dapat nama. Cabut saja perdanya, yang ketok palu perda kan kalian (DPRD), bukan di zaman saya," kata Basuki kesal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Teror Begal Bermodus 'Debt Collector', Nyawa Pria di Kali Sodong Melayang dan Motornya Hilang

Teror Begal Bermodus "Debt Collector", Nyawa Pria di Kali Sodong Melayang dan Motornya Hilang

Megapolitan
Jakpro Buka Kelas Seni dan Budaya Lewat Acara “Tim Art Fest” Mulai 30 Mei

Jakpro Buka Kelas Seni dan Budaya Lewat Acara “Tim Art Fest” Mulai 30 Mei

Megapolitan
Amankan 2 Konser K-Pop di GBK, Polisi Terjunkan 865 Personel

Amankan 2 Konser K-Pop di GBK, Polisi Terjunkan 865 Personel

Megapolitan
Ada Konser NCT Dream dan Kyuhyun, MRT Jakarta Beroperasi hingga Pukul 01.00 WIB

Ada Konser NCT Dream dan Kyuhyun, MRT Jakarta Beroperasi hingga Pukul 01.00 WIB

Megapolitan
Pastikan Masih Usut Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel, Polisi: Ada Unsur Pidana

Pastikan Masih Usut Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel, Polisi: Ada Unsur Pidana

Megapolitan
Polisi Sebut Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Mandek 2 Tahun karena Kondisi Korban Belum Stabil

Polisi Sebut Kasus Pemerkosaan Remaja di Tangsel Mandek 2 Tahun karena Kondisi Korban Belum Stabil

Megapolitan
Kasus di Polisi Mandek, Keluarga Korban Pemerkosaan di Tangsel Dituduh Damai dengan Pelaku

Kasus di Polisi Mandek, Keluarga Korban Pemerkosaan di Tangsel Dituduh Damai dengan Pelaku

Megapolitan
Minta Pemerkosa Anaknya Cepat Ditangkap, Ibu Korban: Pengin Cepat Selesai...

Minta Pemerkosa Anaknya Cepat Ditangkap, Ibu Korban: Pengin Cepat Selesai...

Megapolitan
Remaja Diperkosa Staf Kelurahan, Pelaku Belum Ditangkap 2 Tahun Usai Kejadian

Remaja Diperkosa Staf Kelurahan, Pelaku Belum Ditangkap 2 Tahun Usai Kejadian

Megapolitan
Gerebek Pabrik Narkoba di Bogor, Polisi Sita 1,2 Juta Butir Pil PCC

Gerebek Pabrik Narkoba di Bogor, Polisi Sita 1,2 Juta Butir Pil PCC

Megapolitan
Perundungan Pelajar SMP di Citayam, Pelaku Jambak dan Pukul Korban Pakai Tangan Kosong

Perundungan Pelajar SMP di Citayam, Pelaku Jambak dan Pukul Korban Pakai Tangan Kosong

Megapolitan
Kemenhub Sesalkan Kasus Dugaan KDRT yang Dilakukan Pegawainya

Kemenhub Sesalkan Kasus Dugaan KDRT yang Dilakukan Pegawainya

Megapolitan
Dijebak Bertemu Perundungnya, Siswi SMP di Bogor Awalnya Diajak 'Ngopi' Bareng

Dijebak Bertemu Perundungnya, Siswi SMP di Bogor Awalnya Diajak "Ngopi" Bareng

Megapolitan
Tingkah Oknum Pejabat Kemenhub: Ucap Sumpah Sambil Injak Kitab Suci Usai Ketahuan Selingkuh, lalu Lakukan KDRT

Tingkah Oknum Pejabat Kemenhub: Ucap Sumpah Sambil Injak Kitab Suci Usai Ketahuan Selingkuh, lalu Lakukan KDRT

Megapolitan
2 Perundung Siswi SMP di Bogor Terancam Dikeluarkan dari Sekolah

2 Perundung Siswi SMP di Bogor Terancam Dikeluarkan dari Sekolah

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com