Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangunan Penghalang Bus di Terminal Rawamangun Akan Dirobohkan

Kompas.com - 29/05/2015, 13:46 WIB
Alsadad Rudi

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Berdasarkan rancangan dari konsultan proyek Terminal Rawamangun, lajur masuk keluar bus sebenarnya dibuat lurus tanpa berkelok-kelok. Lajur juga dibuat luas tanpa adanya keberadaan bangunan lain yang ada di titik tersebut, dalam hal ini gedung Kantor Suku Dinas Perhubungan Jakarta Timur.

Atas dasar itu, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akhirnya memutuskan akan membongkar gedung Kantor Suku Dinas Perhubungan Jakarta Timur untuk kemudian memindahkannya ke lokasi lain.

Dengan langkah tersebut diharapkan bangunan Terminal Rawamangun dapat difungsikan secara normal.

"Bahwa memang konsepnya untuk perencanaan awal (terminalnya) itu memang bisa langsung jalan ketika mau dibangun. Tetapi, kantor Sudin Jakarta Timurnya sudah dibongkar. Jadi memang dirobohkan karena fungsi ini yang terhalang kan karena gedung yang baru ini merugikan," kata Kepala Bagian Pelayanan Hukum Biro Hukum Solafide Sihite, di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (29/5/2015).

Menurut Solafide, saat ini Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) sedang menghitung nilai ekonomis bangunan yang akan dibongkar itu.

Bisa nilainya tidak cukup merugikan untuk dibongkar, maka akan segera disiapkan lelang untuk pembongkaran gedung tiga lantai tersebut.

"Ya, Pak Gubernur ingin melihat detailnya seperti apa. Kan sebelum dirobohkan harus dinilai nilai ekonomisnya lagi. Kalau oke, akan langsung menunggu lelang. Kami sih targetnya secepatnya kalau Pak Gubernur secepatnya. Karena kalau mau nyelesain masalah, itu memang harus dirobohkan. Baru tidak ada masalah," kata dia.

Sebagai informasi, beberapa waktu belakangan banyak bus DAMRI tujuan Bandara Soekarno-Hatta dan bus AKAP yang mengetem sembarangan di badan jalan depan terminal yang berlokasi di Jakarta Timur itu.

Tak ayal, hal ini menyebabkan lokasi tersebut menjadi biang kemacetan. Usut punya usut, banyaknya bus berbadan besar yang mengetem sembarangan dan enggan masuk ke dalam terminal akibat adanya kesalahan pada rancangan jalur masuk bus ke dalam terminal.

Sebab, jalur masuk bus berbentuk terlalu menikung. Jalur dibuat menikung disebabkan karena adanya kantor Suku Dinas Perhubungan Jakarta Timur. Padahal, kalau dibuat lurus, hal itu tak menghambat jalur masuk keluar bus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com