"Sudah pulang tadi malam. Pasiennya sudah sehat, jadi kita persilakan pulang," kata Fatmawati, Kamis (25/6/2015).
Fatmawati mengatakan, keinginan untuk pulang tersebut memang merupakan permintaan langsung dari keluarga pasien sehingga pihaknya tidak bisa melarang pasien untuk tetap dirawat.
Selain itu, menurut Fatmawati, pasien tersebut tidak perlu dipindahkan ke ruang biasa meski dirawat di ruang isolasi. "Enggak perlu dipindahkan ke ruang biasa. Itu juga permintaan dari keluarga," ujarnya.
Sementara itu, ibu pasien dan keluarga lainnya juga telah diperiksa terkait indikasi suspect MERS. [Baca: Dikira Terjangkit MERS, Ternyata Kena Campak]
Sebab, ibu pasien diketahui ikut mendampingi saat menjalanj perawatan di ruang isolasi, apalagi ibu pasien tidak mengenakan alat perlindungan diri (APD) lengkap.
"Untuk ibu pasien, tidak ada keluhan. Tidak ada potensi menular. Pasien sekeluarga sehat. Sudah diperiksa juga, hasilnya negatif," kata Fatmawati.
Untuk diketahui, M dirawat di ruang isolasi lantaran ditetapkan sebagai pasien suspect MERS sejak Senin (22/6/2015).
Dari hasil pemeriksaan laboratorium sebanyak tiga kali, M dipastikan negatif MERS. Namun, anak balita tersebut didiagnosis mengidap penyakit campak biasa.
Sebelumnya, M diajak keluarganya jalan-jalan ke Korea Selatan (Korsel) sejak tanggal 1-5 Juni 2015. Korsel merupakan salah satu dari 26 daerah yang diketahui sebagai endemik MERS.
Namun, sepulangnya dari Korsel, M mengalami demam tinggi hingga 38,9 derajat dan sakit tenggorokan.
Pihak keluarga sempat menginkubasi M selama 14 hari di rumahnya. Sebelum akhirnya M dibawa ke RSPI SS untuk ditindaklanjuti.
Secara global, hingga 20 Juni 2015, WHO melaporkan, tercatat 1334 kasus MERS-CoV, dengan 471 pasien di antaranya meninggal dunia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.