Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Kampung Pulo Belum Satu Suara Soal Hasil Pertemuan dengan Ahok

Kompas.com - 05/08/2015, 14:13 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Warga Kampung Pulo menyatakan belum satu suara tentang pertemuan dengan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Menurut Ketua RW 01 Kampung Pulo, Haris, warga belum bisa dikatakan menerima seluruh hasil pertemuan tersebut.

"Belum dapat dikatakan setuju karena dari warga belum ketemu satu suara," kata Haris kepada Kompas.com, Rabu (5/8/2015).

Haris mengakui tidak mengikuti pertemuan yang dilakukan di Balai Kota tersebut. Namun warga telah mengutus Tim 9 untuk mewakili warga Kampung Pulo. Ia juga mengaku sudah mengetahui hasil pertemuan itu.

Seperti diketahui, pertemuan itu menghasilkan tiga poin. Poin pertama, warga yang tidak memiliki sertifikat tidak akan mendapat ganti rugi 25 persen. Kedua, normalisasi Kali Ciliwung harus tetap terealisasi. 

Ketiga, Ahok menawarkan pembelian tanah milik warga 1,5 kali dan akan diberikan lagi dalam bentuk rusun. Beberapa unit rusun itu akan menjadi hak milik warga dan bisa disewakan tapi tidak dapat dijual.

Menurut Haris, tidak semua warga setuju dengan hasil pertemuan itu. Pada prinsipnya, lanjut Haris, warga meminta ganti rugi karena proyek normalisasi Kali Ciliwung.

Namun, kembali ke prinsip awal, intinya menurutnya warga meminta ganti rugi karena proyek normalisasi Ciliwung tersebut.

Haris menambahkan, ganti rugi rusunami itu merupakan usulan Komunitas Ciliwung Merdeka. Usulan rusunami dari komunitas tersebut pun, lanjutnya, belum dapat dikatakan diterima warga.

"Kami perlu melakukan pertemuan dulu dengan seluruh warga, pertemuannya nanti di tingkat RT," ujar Haris.

Sementara itu, anggota Tim 9, Marius, mengatakan, pihaknya belum dapat memastikan kapan pertemuan dengan warga bakal dilakukan.Pihaknya masih menunggu hasil gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) terkait pemberian Surat Peringatan (SP) 1 dan juga soal surat tanah warga Kampung Pulo.

Oleh karena itu, pertemuan warga untuk membahas setuju atau tidaknya hasil dari Balai Kota, belum dapat dilakukan dalam waktu dekat karena sidang perdana gugatan itu baru akan dimulai pekan depan.

"Belum mulai (pertemuan warga) karena tahap pertama ini nunggu di PTUN," ujar Marius.

Marius mengatakan, hasil dari PTUN akan menentukan berjalan atau tidaknya tahap pertama normalisasi di Ciliwung, yakni pembuatan trase atau jalan inspeksi di bantaran Ciliwung. Baru kemudian tahapan selanjutnya mengenai rusunami.

Baginya, terlalu jauh jika saat ini berbicara mengenai rusunami. Pasalnya, untuk membangun jalan inspeksi Ciliwung di Kampung Pulo, pemerintah menurutnya perlu membebaskan lahan dari 500 kepala keluarga.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama juga menurutnya menunggu payung hukum dari hasil PTUN tersebut. "Ahok bilang saya siap bayar, duit ada. Cuma payung hukum belum ada, nunggu dari PTUN itu dulu. Kalau ada kita bayar," ujar Marius.

Marius mengatakan, usulan pembangunan rusunami bagus. Seperti diketahui, usulan itu datang dari Komunitas Ciliwung Merdeka. "(Tapi) enggak usah jauh-jauh dulu, tahap pertama ini gol dulu enggak. Gimana mau ngomong yang tahap dua yang rusunami itu," ujar Marius.

Marius menambahkan, Kampung Pulo yang memiliki luas enam hektar, akan dibagi untuk fasilitas sosial, fasilitas umum, dan rusun. Dua hektar atau sekitar 30 persennya, akan dijadikan fasos dan fasum. Sementara sisanya empat hektar menurut rencana akan dijadikan rusun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com