"Kalau ITF kan butuh lahan yang besar. Kalau yang kami pilih, yang pasti Sunter. Yang Marunda lagi dicek sama Jakpro. Kami cari tanah yang cukup luas," kata dia di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (26/10/2015).
Menurut Isnawa, pembangunan ITF bertujuan menyeimbangkan tingginya tingkat ketergantungan Jakarta pada TPST Bantargebang. Ia menyebutkan, saat ini TPST menerima sampah sebanyak 6.000-6.500 ton setiap harinya.
"Kalau ITF terbangun di mana-mana, yang tadinya 6.000-an ton bisa dipangkas jadi 250 ton," ujar dia.
Isnawa mengatakan, ITF merupakan tempat pengolahan modern yang berbeda dari TPST Bantargebang. Sebab, ITF tidak akan membuat sampah menggunung seperti yang ada di Bantargebang.
"Yang pasti bisa bakar sampah 1.000-1.500-an ton per hari. Saya pernah lihat di China dan Jepang," pungkasnya.