Di pojok selatan lantai GF, salah satu toko ritel fashion sudah membuka tokonya. Pegawainya sudah siaga berdiri di depan toko.
Puluhan pegawai berdiri di belakangnya, menunggu pelanggan. Untuk siapa sambutan yang istimewa itu?
Tidak lama kemudian, puluhan penyandang tunagrahita datang sambil melambaikan tangan. Lambaian tersebut disambut oleh pegawai toko ritel tersebut yang sedari tadi menunggu mereka.
Pria dan wanita tunagrahita tersebut merupakan atlet Special Olympics Indonesia (SOIna) yang sudah mengharumkan nama Indonesia di berbagai olimpiade tingkat nasional.
Kedatangan mereka di toko tersebut pada pagi itu adalah untuk berbelanja. Mereka mendapat perlakuan spesial dengan mendapat kesempatan berbelanja di toko itu, sebelum jam operasional dimulai.
Masing-masing penyandang tunagrahita tersebut dibekali voucer belanja sebesar Rp 700.000 dan didampingi oleh satu pegawai.
Biasanya, para kaum disabilitas seperti mereka lebih sering dibantu dalam mempersiapkan segala kebutuhannya. Apa yang terjadi ketika mereka harus berbelanja dan mengatur keuangan sendiri?
Salah satu atlet tunagrahita, Pipin, langsung menyukai celana pendek berwarna biru seharga Rp 299.000 yang dia lihat. Tanpa harus berpikir panjang, dia pun menaruh celana itu ke dalam keranjang belanja sambil ditemani pendampingnya. Kemudian, dia juga mengambil sebuah celana panjang berwarna hitam seharga Rp 399.000.
"Pipin, kita kan hanya ada uang Rp 700.000. Kita sudah pilih celana pendek Rp 299.000 dan celana panjang Rp 399.000, jadi totalnya Rp 698.000. Sisanya hanya Rp 2.000, tetapi Pipin belum beli atasan," ujar kakak pendamping Pipin.
Pipin memang ingin membeli satu kardigan. Dia pun jadi bingung akan melakukan apa. Dia pun ditawari untuk membatalkan membeli salah satu celana dan menggantinya dengan pakaian. Pipin menyetujui usulan itu. Akhirnya, dia memilih untuk tidak jadi membeli celana pendek berwarna biru.
"Aku pilih celana panjang karena mamaku suka yang panjang," ujar Pipin.
Dilema yang sama juga dialami oleh atlet lainnya, Marini. Setelah mengalami kebingungan, Marini akhirnya membeli celana, jaket, dan dua kaus kaki.