Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Warga Mulai Meninggalkan Daeng Azis dan Kroninya dari Kalijodo

Kompas.com - 25/02/2016, 06:51 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Satu per satu warga mulai pergi dari kawasan Kalijodo. Sebagian dari mereka yang mengontrak rumah pergi untuk mencari tempat lain, sedangkan pemilik rumah serta warga DKI direlokasi ke Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Marunda, Pulogebang, dan Daan Mogot.

Kepergian warga dari Kalijodo tak mudah seperti membalikkan telapak tangan. Pada awal-awal wacana penggusuran Kalijodo bergulir, warga dengan keras menolak. Mereka tak mau rumahnya diratakan tanah dan hidup terkatung-katung. Belum lagi soal mata pencaharian warga di Kalijodo yang serba "enak".

Di balik semua itu, penolakan paling keras datang dari Abdul Azis atau Daeng Azis. Sebagai warga yang ditokohkan di Kalijodo, ia dengan vokal menentang penggusuran tersebut.

Melihat Azis turun, warga gembira. Azis yang disebut-sebut sebagai "Bos Gede" langsung bergerilya. Salah satunya menggalang warga Kalijodo, terutama yang berada di Penjaringan, agar tak mau mendaftarkan diri untuk mendapatkan rusun.

Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi mengatakan, Daeng Azis melakukan intimidasi terhadap warga Kalijodo yang bersedia direlokasi. Sebab, menurut dia, banyak warga Kalijodo yang mencabut pendaftaran diri mereka untuk direlokasi ke rumah susun.

Rustam mengatakan, sebelumnya, ada 24 orang yang mendaftarkan diri agar bisa mendapatkan rumah susun. Namun, jumlahnya berkurang menjadi 10 orang.

"Memang masyarakat juga masih ada yang diintimidasi oleh Daeng Azis dan kroninya. RT saja sekarang enggak berani buat menyampaikan informasi, takut dengan Daeng Azis katanya," ujar Rustam di Balai Kota DKI, Jalan Medan Merdeka Selatan, Kamis (18/2/2016).

Sementara itu, pengacara warga Kalijodo, Razman Arif Nasution, membantah adanya preman yang mengancam warga Kalijodo untuk masuk ke rusun.

"Jadi, terkait dengan adanya intimidasi, itu provokatif. Tidak benar ada preman di sini yang mengintimidasi orang supaya jangan mau pindah atau jangan mau patuh dengan surat edaran atau perintah dari Gubernur itu, tidak ada, apa ada? Tidak ada," kata Razman di Kalijodo, Jakarta Utara, Kamis (18/2/2016).

Berbeda dengan warga Kalijodo di Tambora, Jakarta Barat, wilayah tersebut sudah dari awal berbondong-bondong untuk mendaftarkan diri mendapatkan rumah susun.

Mulai meninggalkan

Perlahan, tetapi pasti. Begitu kira-kira kalimat yang bisa diberikan untuk warga relokasi warga Kalijodo. Warga di kawasan prostitusi tersebut mulai sadar diri dan meninggalkan kawasan tersebut, apalagi setelah melihat Azis dan kroninya, seperti Daeng Nakku dan Ali, dijadikan tersangka.

Semua warga seperti tak lagi "takut" dengan Azis. Intimidasi pun tak lagi diterima. Mereka dengan terang-terangan mengemasi barangnya dan mendaftar untuk tinggal di rumah susun atau pulang ke kampung halaman.

Dari data yang tercatat, setidaknya warga Kalijodo di Penjaringan yang direlokasi ke rusun ialah sebanyak 175 kepala keluarga (KK) dari total 202 KK. Jumlah tersebut terus bertambah dari sejak pemberian surat perintah 1 pada 18 Februari 2016 silam.

Warga Kalijodo di Tambora disebut sudah 100 persen direlokasi ke rusun. Jumlah warga yang direlokasi ialah sebanyak 130 KK. Kini, Kalijodo bak "kota mati". Kafe-kafe ditinggalkan pemilik dan pekerja seks komersialnya.

Dalam kafe, tersisa baju-baju dan alat kontrasepsi yang berserakan, sedangkan isi kafe habis dijarah warga dan pemulung. Bahkan, sebagian kafe juga sudah dibongkar sendiri oleh pemiliknya. Sementara itu, rumah-rumah warga juga sudah mulai ditinggalkan.

Mereka satu per satu pindah ke rumah susun dan mencari tempat lain untuk menyambung hidup. Sebab, hidup harus terus berlanjut meskipun tidak di Kalijodo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi: Anggota Ormas yang Dianiaya di Jaksel Derita Tujuh Luka Tusukan

Polisi: Anggota Ormas yang Dianiaya di Jaksel Derita Tujuh Luka Tusukan

Megapolitan
Polisi Tangkap Pelaku Penusukan yang Picu Bentrokan Dua Ormas di Pasar Minggu

Polisi Tangkap Pelaku Penusukan yang Picu Bentrokan Dua Ormas di Pasar Minggu

Megapolitan
Polisi Masih Amankan Truk yang Ditabrak Porsche Cayman di Tol Dalam Kota

Polisi Masih Amankan Truk yang Ditabrak Porsche Cayman di Tol Dalam Kota

Megapolitan
Ikut Mengeroyok, Kakak Pelaku yang Tusuk Tetangga di Depok Juga Jadi Tersangka

Ikut Mengeroyok, Kakak Pelaku yang Tusuk Tetangga di Depok Juga Jadi Tersangka

Megapolitan
Harga Tiket Masuk Wuffy Space Raya Bintaro dan Fasilitasnya

Harga Tiket Masuk Wuffy Space Raya Bintaro dan Fasilitasnya

Megapolitan
Insiden Penganiayaan Jadi Penyebab Bentrokan Dua Ormas di Pasar Minggu, Kubu Korban Ingin Balas Dendam

Insiden Penganiayaan Jadi Penyebab Bentrokan Dua Ormas di Pasar Minggu, Kubu Korban Ingin Balas Dendam

Megapolitan
Begini Kondisi Mobil Porsche Cayman yang Tabrak Truk di Tol Dalam Kota, Atap dan Bagian Depan Ringsek

Begini Kondisi Mobil Porsche Cayman yang Tabrak Truk di Tol Dalam Kota, Atap dan Bagian Depan Ringsek

Megapolitan
Curhat Penggiat Teater soal Kurangnya Dukungan Pemerintah pada Seni Pertunjukan, Bandingkan dengan Singapura

Curhat Penggiat Teater soal Kurangnya Dukungan Pemerintah pada Seni Pertunjukan, Bandingkan dengan Singapura

Megapolitan
PKS Nilai Wajar Minta Posisi Cawagub jika Usung Anies pada Pilkada Jakarta 2024

PKS Nilai Wajar Minta Posisi Cawagub jika Usung Anies pada Pilkada Jakarta 2024

Megapolitan
PKB Minta Supian Suri Bangun Stadion jika Terpilih Jadi Wali Kota Depok

PKB Minta Supian Suri Bangun Stadion jika Terpilih Jadi Wali Kota Depok

Megapolitan
Lika-liku Suwito, Puluhan Tahun Berjuang di Jakarta buat Jadi Seniman Lukis

Lika-liku Suwito, Puluhan Tahun Berjuang di Jakarta buat Jadi Seniman Lukis

Megapolitan
Kembali Diperiksa, Korban Pelecehan Rektor Universitas Pancasila Ditanya Lagi soal Kronologi Kejadian

Kembali Diperiksa, Korban Pelecehan Rektor Universitas Pancasila Ditanya Lagi soal Kronologi Kejadian

Megapolitan
Polisi Tetapkan 12 Pelajar sebagai Tersangka Kasus Tawuran Maut di Bogor

Polisi Tetapkan 12 Pelajar sebagai Tersangka Kasus Tawuran Maut di Bogor

Megapolitan
Heru Budi Kerahkan Anak Buah Buat Koordinasi dengan Fotografer Soal Penjambret di CFD

Heru Budi Kerahkan Anak Buah Buat Koordinasi dengan Fotografer Soal Penjambret di CFD

Megapolitan
Amarah Warga di Depok, Tusuk Tetangga Sendiri gara-gara Anjingnya Dilempari Batu

Amarah Warga di Depok, Tusuk Tetangga Sendiri gara-gara Anjingnya Dilempari Batu

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com