Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lumpur di Gorong-gorong Depan Istana Diperkirakan Sudah Bertahun-tahun

Kompas.com - 03/03/2016, 12:39 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Suku Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Pusat Idris DN mengatakan lumpur di gorong-gorong Istana Kepresidenan diduga sudah lama menyumbat. Perkiraannya sekitar lima sampai enam tahun.

"Kemungkinan ini sudah menahun, dan baru ketahuan sekarang. Sekitar enam tahunan," kata Idris, di seberang Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis (3/3/2016).

Temuan sumbatan lumpur di gorong-gorong dari kantor Presiden Joko Widodo itu diketahui setelah Pasukan Katak TNI Angkatan Laut turun menyelam masuk ke gorong-gorong.

Penyusuran dilakukan terkait kasus kulit kabel misterius yang sebelumnya ditemukan di Jalan Medan Merdeka Selatan.

Menurut Idris, lumpur keras itu sedang diupayakan untuk dicairkan. Agar gorong-gorong berdiameter 1 meter itu dapat ditingkatkan kapasitasnya menampung air.

Namun, laporan Pasukan Katak bahwa gorong-gorong tersumbat lumpur mulai 50 - 80 persen itu, menjadi pekerjaan panjang untuk diselesaikan.

"Kita upayakan sampai tuntas karena ini bukan pekerjaan mudah. Bisa panjang. Kalau tidak selesai hari ini besok kita lanjutkan," ujarnya.

Sebelumnya, pasukan Katak dari Komando Armada Barat RI TNI Angkatan Laut diterjunkan menyusuri gorong-gorong di Jalan Medan Merdeka Utara, atau tepatnya seberang Istana Negara, Jakarta Pusat, Kamis (3/3/2016).

Para pasukan katak ini dilibatkan menyusul temuan kulit kabel di gorong-gorong sebelumnya. Komandan Detasemen IV Satkopaska Koarmabar TNI AL Kapten Laut Edy Tirtayasa mengatakan, sebanyak 12 anggotanya dilibatkan dalam penyusuran tersebut.

"Saya mendapat perintah dari Panglima Komando Kawasan Barat, Laksamana Muda A. Taufik Roman untuk membantu penyusuran drainase," kata Kapten Edy, di lokasi, Kamis pagi.

Belasan timnya mulai masuk ke gorong-gorong seberang Istana Negara itu, melalui Kali Phb (Penghubung) Abdul Muis, samping gedung Berdikari. Tim pasukan kata yang masuk telah berpakaian lengkap alat selam termasuk tabung oksigen.

"Karena baunya berbahaya. Kita kan enggak tahu. Jadi mesti pakai alat selam lengkap," ujar Edy.

Kepala Suku Dinas Tata Air Jakarta Pusat, Dicky Suherlan mengatakan, pasukan TNI AL ikut terlibat karena medan masuk gorong-gorong yang sulit dan mesti dilakukan orang berkemampuan khusus.

"Karena medannya gorong-gorong ini kita khawatir, mereka (pasukan TNI AL) ahlinya," ujar Dicky.

Pihaknya menyiapkan 30 an personil petugas Tata Air untuk kegiatan ini. Kegiatan ini untuk membersihkan hambatan didalam gorong-gorong, agar tidak ada genangan di area ring 1 tersebut.

"Mudah-mudahan tidak ditemukan kabel seperti di Medan Merdeka Selatan," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan di Sejumlah Jalan Jaksel Imbas Pembangunan Drainase

Rekayasa Lalu Lintas Diterapkan di Sejumlah Jalan Jaksel Imbas Pembangunan Drainase

Megapolitan
Pemkot Jaksel Sidak Dua Restoran di Melawai yang Dikeluhkan Warga Sebabkan Parkir Liar

Pemkot Jaksel Sidak Dua Restoran di Melawai yang Dikeluhkan Warga Sebabkan Parkir Liar

Megapolitan
Senangnya Laim, Tak Perlu Lagi Timba Air 40 Liter di Sumur Tua Hutan Setiap Hari

Senangnya Laim, Tak Perlu Lagi Timba Air 40 Liter di Sumur Tua Hutan Setiap Hari

Megapolitan
Kesaksian Jemaat soal Perselisihan Penggunaan Gereja di Cawang yang Berujung Bentrok

Kesaksian Jemaat soal Perselisihan Penggunaan Gereja di Cawang yang Berujung Bentrok

Megapolitan
Terkait PPDB di Jakarta, Disdik DKI Diminta Evaluasi Kuota dan Jangkauan Jalur Zonasi

Terkait PPDB di Jakarta, Disdik DKI Diminta Evaluasi Kuota dan Jangkauan Jalur Zonasi

Megapolitan
PPDB 'Online' Diklaim Efektif Cegah Adanya 'Siswa Titipan'

PPDB "Online" Diklaim Efektif Cegah Adanya "Siswa Titipan"

Megapolitan
Putusan Bawaslu: Dharma Pongrekun-Kun Wardana Boleh Perbaiki Berkas Pencalonan Pilkada Jakarta

Putusan Bawaslu: Dharma Pongrekun-Kun Wardana Boleh Perbaiki Berkas Pencalonan Pilkada Jakarta

Megapolitan
Polisi Identifikasi Provokator Pembakar Panggung Konser Lentera Festival Tangerang

Polisi Identifikasi Provokator Pembakar Panggung Konser Lentera Festival Tangerang

Megapolitan
Kapolres Depok Bakal Razia Ponsel Anggotanya demi Cegah Judi Online

Kapolres Depok Bakal Razia Ponsel Anggotanya demi Cegah Judi Online

Megapolitan
Warga Melawai Keluhkan Kegaduhan Aktivitas Restoran dan Parkir Liar di Sekitar Permukiman

Warga Melawai Keluhkan Kegaduhan Aktivitas Restoran dan Parkir Liar di Sekitar Permukiman

Megapolitan
Tak Perlu Lagi ke Sumur Tua, Warga Desa Lermatang Akhirnya Bisa Merasakan Air Bersih Bantuan Kemensos

Tak Perlu Lagi ke Sumur Tua, Warga Desa Lermatang Akhirnya Bisa Merasakan Air Bersih Bantuan Kemensos

Megapolitan
Aksi Teatrikal Demo Tolak Tapera Aliansi BEM Bogor, Tampilkan Karikatur Jokowi dan Tabur Bunga

Aksi Teatrikal Demo Tolak Tapera Aliansi BEM Bogor, Tampilkan Karikatur Jokowi dan Tabur Bunga

Megapolitan
Aksi Dina Ukur Jarak Rumah ke SMA Depok Pakai Meteran, Terpaut 120 Meter tapi Anaknya Tak Lolos PPDB

Aksi Dina Ukur Jarak Rumah ke SMA Depok Pakai Meteran, Terpaut 120 Meter tapi Anaknya Tak Lolos PPDB

Megapolitan
PPDB Jalur Zonasi, Ketua Posko Wilayah 2 Jaksel: Calon Siswa Minimal Harus Tinggal 1 Tahun

PPDB Jalur Zonasi, Ketua Posko Wilayah 2 Jaksel: Calon Siswa Minimal Harus Tinggal 1 Tahun

Megapolitan
Nakes RSUD Koja Demo karena Gaji ke-13 Dipotong

Nakes RSUD Koja Demo karena Gaji ke-13 Dipotong

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com