JAKARTA, KOMPAS.com — Rencana kenaikan tarif kereta rel listrik (KRL) sebesar Rp 1.000 per 1 Oktober masih dianggap wajar oleh sebagian pengguna KRL.
Sebab, pelayanan KRL sejauh ini dianggap membaik. Dani (31), salah satu pengguna KRL, menilai kenaikan tarif tersebut sudah tepat. Ia menilai bahwa fasilitas KRL sudah membaik.
"Harusnya sudah tepat, fasilitasnya sudah bagus, misalnya kereta sudah bersih, penambahan gerbong," kata Dani kepada Kompas.com di Jakarta, Jumat (19/8/2016).
(Baca juga: Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek Sudah Direncanakan sejak Awal Tahun)
Kenaikan Rp 1.000 dinilai masih terjangkau oleh pengguna KRL dengan relasi jauh, salah satunya Bogor-Jakarta.
Ia membandingkan tarif dari Bogor ke Jakarta dengan menggunakan bus dan KRL. Bila naik bus, menurut Dani, ongkosnya bisa mencapai Rp 15.000 untuk satu kali perjalanan.
Sementara itu, uang yang dikeluarkan untuk naik KRL dari Bogor ke Jakarta Rp 5.000.
Meskipun demikian, Dani tak menampik bahwa penumpang masih harus berdesak-desakan saat naik KRL pada jam-jam sibuk.
"Orang masih mau desak-desakan dengan efisiennya kereta," kata Dani.
Senada dengan Dani, Arif (23) mengaku tak keberatan akan rencana kenaikan tarif KRL ini.
Menurut dia, perjalanan dengan KRL kini lebih manusiawi dibandingkan dengan beberapa tahun lalu.
"Saya merasa sudah nyaman dengan naik KRL sekarang, jadi enggak terlalu keberatan," ujar Arif.
Kondisi nyaman yang dimaksud Arif berkaitan dengan kebersihan dalam kereta hingga peremajaan di sejumlah stasiun.
Menurut dia, pengelola KRL serius dalam membenahi salah satu transportasi umum ini.
Berbeda dengan Dani dan Arif, pengguna KRL lainnya, yakni Asraf (18), mengaku terkejut akan rencana kenaikan tarif KRL tersebut. Ia menilai kenaikan tarif belum tepat.
Sebab, kata dia, masih ada sejumlah masalah terkait KRL yang belum diselesaikan, misalnya soal antrean kereta.