JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Dinas Bina Marga DKI Yusmada Faizal mengatakan, pembuatan desain halte layang bus Transjakarta koridor XIII telah melibatkan sejumlah tenaga ahli serta pakar tata kota.
Adapun koridor tersebut sempat menjadi pembicaraan di tengah masyarakat karena desainnya yang dinilai tidak ramah penyandang disabilitas.
Yusmada mengatakan, dalam desain dasar, desain koridor tersebut masih menggunakan tangga.
Ini karena ruang yang cukup sempit untuk membangun fasilitas lain seperti eskalator atau lift.
"Kontrak awal itu pakai tangga, mengoptimalkan ruang yang ada, juga soal tangga kemarin, itu memang mutlak, tetapi kan butuh proses (untuk menambah fasilitas)," ujar Yusmada di Kantor Bina Marga, Jakarta Pusat, Senin (9/1/2017).
Guna mengatasi hal itu, Bina Marga memiliki rencana untuk membangun eskalator dan lift di sebagian halte yang memiliki ketinggian cukup curam.
Adapun fasilitas itu dibangun untuk membantu para penyandang disablitas. Terkait masalah ruang pembangunan, Yusmada mengatakan, pihaknya akan bekerja sama dengan perusahaan pengembang untuk memberikan ruang, serta pengoperasian lift dan eskalator.
Yusmada mencontohkan salah satu halte, yaitu Halte Cipulir yang pembangunannya melalui kerja sama dengan PT Bangun Mustika.
Ia menargetkan semua fasilitas itu bisa selesai pada Juni 2017 atau saat koridor XIII tersebut beroperasi.
(Baca juga: Menjajal Halte Transjakarta yang Memiliki 118 Anak Tangga)
Sejumlah halte yang akan dilengkapi fasilitas tangga, eskalator, dan lift ialah JORR, Pasar Kebayoran Lama, Velbak, dan CSW.
Sementara itu, Halte Cipulir dan Tirtayasa hanya akan dilengkapi dengan eskalator. Kemudian Halte Swadarma, Seskoal, Mayestik, dan Santa akan dilengkapi fasilitas tangga karena desainnya yang tidak terlalu tinggi.