Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasatpol PP DKI: Saya Bukannya Mau Melarang Orang Usaha...

Kompas.com - 07/08/2017, 07:24 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Satpol PP DKI Jakarta Yani Wahyu dan Kepala Dinas Koperasi, UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) dan Perdagangan DKI Jakarta Irwandi sempat berselisih paham terkait penertiban trotoar.

Irwandi mengeluhkan sikap anak buah Yani yang menertibkan PKL binaan Dinas UMKM di Balai Pustaka, Jakarta Timur.

Yani mengatakan, penertiban yang dilakukan satpol PP bulan ini mengacu pada Instruksi Gubernur Nomor 99 Tahun 2017 dalam rangka "Bulan Tertib Trotoar".

Inggub tersebut bukan hanya ditujukan kepada satpol PP, melainkan juga SKPD terkait lain termasuk, Dinas UMKM.

"Kan sudah paham nanti PKL binaan bisa saja kena penertiban, satpol harus segera dikoordinasikan dong. Satpol mana tahu dia binaan atau tidak, selama ada di trotoar ya ditindak. Jangan salahin satpol dong," ujar Yani kepada Kompas.com, Minggu (6/8/2017).

(Baca juga: Cerita Kadis UMKM Berseteru dengan Satpol PP yang "Sikat" PKL Trotoar )

Yani mengatakan, seharusnya Dinas UMKM ikut mendampingi satpol PP saat penertiban. Yani pun meminta Dinas UMKM tidak pasif dalam Bulan Tertib Trotoar ini.

"Jangan pas disikat baru mengeluh, enggak boleh," ujar Yani.

Bolehkan PKL berdagang di trotoar?

Permintaan Irwandi agar PKL binaan Dinas UMKM tidak ditertibkan dikritik Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Mohamad Taufik.

Menurut Taufik, aturan harus diberlakukan kepada semua pihak tanpa pandang bulu. "Orang lain enggak boleh dagang di trotoar, masa orang UMKM boleh? Sudah deh enggak ada alasan," ujar Taufik.

Yani juga mengatakan, sejatinya trotoar adalah untuk pejalan kaki. Banyak hal negatif yang akan terjadi jika trotoar dijadikan area berjualan makanan.

Orang-orang yang makan di area tersebut biasanya memarkir kendaraannya di bahu jalan. Jika kepadatan lalu lintas sedang tinggi, pasti akan menimbulkan kemacetan.

Ia berpendapat, sebaiknya lokasi sementara (loksem) PKL tidak dibuat di atas trotoar. Kendati demikian, menurut Yani, pihaknya bisa menoleransi PKL berjualan di trotoar pada malam hari.

Itu pun dengan sejumlah persyaratan, salah satunya gerobak PKL tidak boleh memakan habis badan trotoar dan tidak boleh ditempatkan di kawasan yang memiliki kepadatan lalu lintas tinggi.

"Malam tapi ya jangan siang. Itu pun di daerah yang tingkat kepadatan lalu lintasnya rendah," ujar Yani. 

(Baca juga: Pimpinan DPRD DKI Minta PKL Binaan Dinas UMKM Juga Ditertibkan dari Trotoar)

Ia juga mengatakan, sudah saatnya wajah trotoar di Jakarta diubah. Fungsi trotoar harus dikembalikan sebagai jalur pejalan kaki.

Yani mengerti bahwa para PKL sedang mencari nafkah untuk kelangsungan hidup mereka. Namun, dia berharap PKL juga mengerti untuk tidak berjualan di tempat yang dilarang dan mengambil hak pejalan kaki.

"Kapan lagi kita ubah wajah trotoar di Jakarta? Dari sekarang dong. Saya bukan mau melarang orang usaha, tapi tempatnya harus yang benar," ujar Yani.

Kompas TV PKL Tanah Abang Tak Kapok Dirazia Satpol PP
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Megapolitan
Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Duka pada Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka pada Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antarpribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antarpribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com