Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mimpi Warga Jakarta di Atas Palka Merah yang Mengapung di Waduk Cincin

Kompas.com - 10/12/2017, 11:45 WIB
Setyo Adi Nugroho

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Waduk Cincin di Kelurahan Papanggo, Jakarta Utara, belakangan dilirik masyarakat sebagai tempat rekreasi alternatif selain Waduk Sunter. Ini setelah hadirnya palka di Waduk Cincin tersebut.

Palka ADP atau biasanya disebut palka adalah media apung yang terbuat dari plastik dengan warna merah atau oranye. Biasanya berbentuk kotak-kotak dengan ukuran 30x30 cm dengan sisinya memiliki  pengait seperti puzzle sehingga bisa disambungkan satu dengan yang lain dan membentuk bidang yang lebih luas.

Palka biasanya digunakan sebagai dermaga apung untuk kondisi darurat, tempat sempit serta dimanfaatkan petugas dinas kebersihan untuk mengambil sampah di sekitar waduk.

Kehadiran palka berwarna merah ini membuat masyarakat bisa menikmati Waduk Cincin dari sisi berbeda. Untuk sampai di palka tersebut, warga harus melompati air.

"Palka ini sudah diletakkan di Waduk Cincin kurang lebih dua minggu. Waktu awal-awal ada banyak sekitar 990 kotak, sekarang sudah diserahkan ke beberapa wilayah yang membutuhkan. Ini memang pengadaan baru. Untuk yang nanti di waduk Cincin mungkin disisakan dua kotak besar," ucap Sagiyo (46), petugas kebersihan Kecamatan Tanjung Priok, yang ditemui Minggu, (10/12/2017).

(Baca juga: Waduk Cincin, Potensi Tempat Rekreasi Baru yang Menarik di Jakarta)

Sagiyo mengakui, semenjak hadirnya palka berwarna merah tersebut, Waduk Cincin jadi bertambah ramai oleh warga terutama di sore hari.

Tri (30), warga Papanggo, berharap kehadiran dermaga apung ini bisa terus ada agar dimanfaatkan masyarakat untuk berekreasi.

"Beberapa waktu lalu memang cukup besar ya dermaga apungnya, sekarang tinggal sedikit. Senang ada tempat baru untuk menikmati waduk, semoga tetap bertahan, tidak dihilangkan," ucap Tri yang datang bersama kedua anaknya.

Sementara itu, Yaya (20), pengunjung waduk Cincin ini gemar untuk berfoto ria. Dia berharap dermaga apung ini dibuat permanen untuk warga masyrakat dapat menikmati waduk dengan cara yang berbeda.

"Asik buat foto di Instagram. Tapi makin lama-makin kecil. Semoga nanti dibuat khusus untuk pengunjung, dimanfaatkan untuk bersantai di atas waduk seru juga," ucap Yaya.

Tri dan Yaya berharap waduk Cincin dapat dimaksimalkan sebagai tempat untuk rekreasi di Jakarta Utara selain waduk Sunter. Harapannya ada pembangunan fasilitas yang mendukung rekreasi di waduk Cincin yang lebih menarik, aman dan nyaman.

"Kondisinya sekarang sudah mending dibanding beberapa tahun lalu. Dulu banyak enceng gondok di atas permukaan airnya. Orang malas kemari. Sekarang sudah bersih, sekitar waduk juga sudah rapi. Semoga ada fasilitas rekreasi tambahan dibangun disini," ucap Tri.

Sagiyo mengungkapkan, kehadiran palka ini di waduk Cincin memang sementara. Waduk Cincin hanya digunakan untuk tempat sementara sebelum palka-palka ini dikirimkan ke daerah-daerah lain yang membutuhkan.

"Nanti di sini dibuat untuk mengambil sampah. Sampah-sampah waduk diambil dari air, diletakkan di atas palka, lalu dipindahkan ke truk pengangkut sampah. Memang bukan untuk wahana wisata, peruntukannya beda," ucap Sagiyo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com