Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Kejanggalan Kasus CW yang Tinggal Bertahun-tahun di Hotel Bersama Anak Adopsi

Kompas.com - 13/03/2018, 16:39 WIB
Sherly Puspita,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kanit V Subdit Renakta Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya AKP Hasiati Lawole mengatakan, pihaknya menemukan sejumlah kejanggalan dalam kasus CW (60), seorang wanita yang tinggal bersama kelima anak angkatnya selama bertahun-tahun dengan berpindah-pindah hotel.

"Saya menerima limpahan kasus tersebut pada Jumat (9/3/2018) lalu, kasus ini telah kami pelajari dan kami menemukan beberapa kejanggalan yang memang harus kami selidiki," ujar Hasiati ketika ditemui Kompas.com di ruangannya, Selasa (13/3/2018).

Tim Polda Metro Jaya menerima limpahan kasus tersebut dari penyidik Polres Jakarta Pusat.

1. Anak pertama dikabarkan kabur

Hasiati menyampaikan, kejanggalan pertama terkait kaburnya salah satu anak adopsi CW berinisial F (14) dari sebuah hotel yang mereka tinggali selama hampir dua tahun di kawasan Jakarta Pusat.

"Ini ada dua pendapat kalau menurut BAP dari Polres Pusat. F mengaku menerima perlakuan kasar dari CW, sedangkan CW mengaku tak tahan dengan sifat F yang suka mencuri," kata dia.

Oleh karena itu, tim Polda Metro Jaya akan menyelidiki lebih jauh mengenai alasan F kabur dari hotel di kawasan Jakarta Pusat tersebut untuk mengetahui ada tidaknya unsur kekerasan terhadap kelima anak adopsi CW.

Baca juga : Kasus Anak Adopsi CW yang Tinggal 10 Tahun di Hotel Dilimpahkan ke Polda Metro Jaya

2. Tamatan SD tetapi sewa hotel jutaan rupiah

Kejanggalan kedua, lanjutnya, yakni mengenai latar belakang CW. Berdasarkan informasi yang ia dapatkan, CW bukan berasal dari latar belakang pendidikan yang tinggi.

"Infonya CW ini tidak tamat SD, tetapi kalau anak-anak adopsinya bilang CW itu pensiunan dokter dan dulu suaminya juga dokter," ucap dia.

Menurut Hasiati, informasi ini penting digali untuk mengetahui dari mana CW mendapatkan uang untuk membayar biaya sewa hotel yang pasti tidak murah.

Untuk satu kamar di hotel kawasan Jakarta Pusat tersebut, kata Hasiati, CW harus membayar uang sewa Rp 1,5 juta per hari. Sementara itu, CW menyewa dua kamar untuk dia dan kelima anak asuhnya.

"Mereka sewa dua kamar yang masing-masing kamar biaya sewanya Rp 1,5 juta. Jadi sehari mengeluarkan Rp 3 juta untuk tempat tinggal saja. Belum yang hotel lainnya. Kita telusuri darimana ia mendapatkan uang ini," paparnya.

3. Gaya hidup mewah CW

Selain itu, polisi menilai janggal gaya hidup mewah CW dan kelima anaknya. Menurut Hasiati, tiga anak CW sempat diajak berlibur ke luar negeri. Anak-anak itu juga diikutkan homeschooling yang biayanya tak murah. 

"Tiga anaknya sempat diajak berlibur ke luar negeri, dua anak lainnya tidak diajak karena dokumen kelahiran tak lengkap sehingga tak bisa urus paspor. Lalu anak-anak itu juga menjalani program homeschooling yang pasti biayanya tidak murah," ujar dia.

Baca juga : CW Diduga Tidak Menyekolahkan 5 Anak Adopsinya

4. Tak ada dokumen adopsi

Kejanggalan berikutnya yakni mengenai ada tidaknya dokumen adopsi kelima anak angkatnya. Apalagi, dua anak CW diketahui menderita penyakit kronis.

"Kalau memang dia mantan dokter kenapa mengadopsi anak yang bermasalah kesehatannya. Lalu mengenai dokumen adopsi juga belum ditunjukkan," kata dia. Selanjutnya, kejanggalan-kejanggalan ini akan menjadi perhatian utama penyelidikan oleh polisi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com