Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Taman Kota yang Tergusur Setelah Bencana Kebakaran

Kompas.com - 03/05/2018, 07:52 WIB
Jessi Carina,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Rabu (2/5/2018) pagi kemarin, sekumpulan orang berdiri di depan pagar Balai Kota DKI Jakarta di Jalan Medan Merdeka Selatan. Mereka adalah warga Taman Kota Jakarta Barat yang mengalami peristiwa kebakaran pada akhir Maret lalu.

Mereka berada di sana untuk berunjuk rasa. Peserta unjuk rasa itu terdiri dari pria paruh baya, remaja, ibu-ibu, dan anak-anak. Anak-anak tidak ikut berdiri bersama ibu mereka. Mereka duduk di dekat pagar, di tempat yang rindang dan tidak terlalu terkena terik matahari.

Ibu dan bapak mereka berdiri di bawah terik matahari sambil memegang kertas HVS berisi tuntutan. 

"Hentikan intimidasi ex kebakaran," begitu antara lain bunyi pesan di kertas tersebut.

Mereka memohon kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk bisa menempati kembali lahan di Taman Kota. Mereka tidak mau direlokasi ke Rumah Susun (Rusun) Rawa Bebek.

Ketua RT 16 Sudarsono mengatakan, warga tahu bahwa mereka telah menempati lahan pemerintah. Namun mereka meminta kebijaksanaan pemerintah, mengingat mereka sudah menempati lahan itu sana sejak 1970-an. 

"Saya informasikan tanah itu memang fasos fasum. Jadi tanah itu memang kami enggak berhak. Tapi mengingat kami di sana sudah lama, sudah hampir dari tahun 70-an, makanya kami ingin tetap tinggal di situ sebelum pemerintah menggunakan dengan semestinya," kata Sudarsono di Balai Kota DKI Jakarta, kemarin.

Baca juga : Ketua RT Sebut 13 KK Korban Kebakaran Taman Kota Dipaksa Setuju Pindah ke Rusun

Warga sudah mendapatkan surat peringatan pertama (SP-1) pada 29 April lalu. Surat itu menyatakan, mereka tidak bisa lagi tinggal di tempat itu. Kemarin seharusnya menjadi hari jatuhnya SP-2 kepada mereka.

Sudarsono mengatakan, mereka semua sedih dan bingung. Kondisi itu membuat mereka serasa sudah jatuh tetapi masih tertimpa tangga.

"Setelah menerima SP, apalagi ibu ibu ya, mereka galau. Resah karena nasib belum jelas, sudah keluar SP-1. Apalagi sekarang masih berduka. Jadi mereka itu masih berduka, tahu-tahu sudah ada SP 1 yang keluar," ujar Sudarsono.

Kini mereka bertahan di lahan itu dengan tinggal di tenda. Beberapa warga sudah mulai membangun kembali rumah mereka sedikit demi sedikit. Namun, pembangunannya dihentikan oleh Satpol PP.

Tolak ke rusun

Pemprov DKI menawarkan rumah susun untuk mereka. Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengatakan, korban kebakaran menganggap positif rencana untuk merelokasi mereka ke Rusun Rawa Buaya Utara. Korban kebakaran akan bisa mengambil nomor undian rusunnya.

"Jawabannya sangat positif bahwa mereka akan nanti mengambil nomor undian di Dinas Perumahan. Langsung kami follow-up," ujar Sandiaga.

Kepala Unit Pengelola Rumah Susun (UPRS) Tambora, Sarjoko, juga mengatakan sudah ada warga yang bersedia pindah ke Rusun Rawa Buaya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Perjuangkan Peningkatan Upah Buruh, Lia dan Teman-temannya Rela ke Jakarta dari Cimahi

Megapolitan
Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Cerita Suratno, Buruh yang Khawatir Uang Pensiunnya Berkurang karena UU Cipta Kerja

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Tak Melawan Saat Ditangkap Polisi di Palembang

Megapolitan
Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Said Iqbal Minta Prabowo Hapus UU Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Pembunuh Wanita Dalam Koper Sempat Ajak Korban Masuk ke Kamar Hotel di Bandung

Megapolitan
Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Said Iqbal: Upah Buruh di Jakarta yang Ideal Rp 7 Juta Per Bulan

Megapolitan
Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Ikut Demo May Day 2024, Buruh Wanita Rela Panas-panasan demi Memperjuangkan Upah yang Layak

Megapolitan
Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Dua Orang Terluka Imbas Kecelakaan di Tol Jakarta-Cikampek

Megapolitan
Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Korban Kedua yang Tenggelam di Sungai Ciliwung Ditemukan Tewas 1,2 Kilometer dari Lokasi Kejadian

Megapolitan
Rayakan 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Rayakan "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Padati Stadion Madya GBK

Megapolitan
Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Fahira Idris: Gerakan Buruh Terdepan dalam Perjuangkan Isu Lintas Sektoral

Megapolitan
Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Polisi Tangkap Pembunuh Wanita Dalam Koper di Bekasi

Megapolitan
Hadiri 'May Day Fiesta', Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Hadiri "May Day Fiesta", Massa Buruh Mulai Bergerak Menuju GBK

Megapolitan
Pakai Caping Saat Aksi 'May Day', Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Pakai Caping Saat Aksi "May Day", Pedemo: Buruh seperti Petani, Semua Pasti Butuh Kami...

Megapolitan
Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Penyebab Mobil Terbakar di Tol Japek: Pecah Ban lalu Ditabrak Pikap

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com