Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Ondel-ondel Kini, Saat Digunakan untuk Mengamen

Kompas.com - 22/06/2018, 11:10 WIB
Jessi Carina,
Egidius Patnistik

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ondel-ondel masih menjadi bagian tak terpisahkan dari Kota Jakarta yang hari ini berulang tahun ke 491. Ikon kebudayaan Betawi itu terus merangkak, berupaya bangkit dari keterpurukan.

Makin sering ditemui ondel-ondel diarak keliling kampung oleh sejumlah orang dalam rangka mengamen, meminta-minta uang receh dari warga di tanah kelahiran ondel-ondel itu sendiri.

Para pihak yang mengamen dengan ondel-ondel itu menilai bahwa kegiatan tersebut tidak hanya bertujuan mencari uang tetapi sekaligus melestarikan budaya Betawi. Namun tak semua setuju dengan pendapat itu.

Baca juga: Ondel-ondel Cantik Itu Dulunya Berwajah Seram

Pemerhati budaya Betawi asal Kemayoran, Ahmad Suaip alias Davi, melihat itu sebagai kondisi dilematis. Di satu sisi, memang ada seniman Betawi yang merasa sah-sah saja ondel-ondel dijadikan sarana mengamen.

"Katanya ada sejarawan yang bilang dulunya ondel-ondel itu juga memang untuk ngamen," kata Davi saat ditemui Kompas.com di Kemayoran, Rabu (20/6/2018).

Namun Davi merasa seharusnya ondel-ondel tak diperlakukan seperti itu. Davi mengatakan mereka yang mengamen dengan ondel-ondel murni melakukanya untuk mencari uang, bukan untuk melestarikan ondel-ondel itu sendiri.

Ia mengatgakan, tak masalah jika boneka raksasa itu digunakan untuk mencari uang, tetapi mencari uang yang bagaimana, mengamen yang bagaimana?

"Kalau yang sekarang terjadi, ngamennya tidak niat. Lihat, alat-alatnya tidak lengkap, musiknya kadang lagu dangdut, yang ngamen tidak pakai seragam cuma kaos saja, ngerokok lagi kadang-kadang," ujar Davi.

"Apa yang seperti itu disebut melestarikan budaya? Orang yang ngamen begini, enggak berniat melestarikan segala macam, tujuannya hanya cari duit," tambah dia.

Kekhawatiran

Sejumlah ondel-ondel hasil karya para perajin dari sanggar Al-Fathir dipajang di Kampung Ondel-ondel  Kramat Pulo, Jakarta Pusat, Jumat (04/05/2018). Warga di permukiman padat penduduk ini banyak yang menggantungkan mata pencarian dengan membuat ondel-ondel ataupun mengamen dengan ondel-ondel.KOMPAS.com/ANDREAS LUKAS ALTOBELI Sejumlah ondel-ondel hasil karya para perajin dari sanggar Al-Fathir dipajang di Kampung Ondel-ondel Kramat Pulo, Jakarta Pusat, Jumat (04/05/2018). Warga di permukiman padat penduduk ini banyak yang menggantungkan mata pencarian dengan membuat ondel-ondel ataupun mengamen dengan ondel-ondel.
Menurut dia, seharusnya ondel-ondel diarak sebagaimana mestinya. Davi mengatakan pertunjukan ondel-ondel yang sesungguhnya menggunakan alat musik sungguhan. Pemainnya pun menggunakan seragam rapi khas Betawi.

Ondel-ondel juga jangan dijadikan mata pencaharian satu-satunya.

"Harusnya untuk makan, ya dia harus bekerja, bukan menjual budaya," kata Davi.

Baca juga: Sosok Rafli, Pemuda Penjaga Budaya Betawi Lewat Ondel-ondel

Davi khawatir hal itu malah memberi citra buruk bagi seniman dan ondel-ondel Betawi.

Davi mengatakan seharusnya Lembaga Kebudayaan Betawi bisa membina pengamen-pengamen itu. Pemerintahan juga harusnya bisa mengambil peranan lebih besar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tumpahan Oli Rampung Ditangani, Lalu Lintas di Jalan Juanda Depok Kembali Lancar

Tumpahan Oli Rampung Ditangani, Lalu Lintas di Jalan Juanda Depok Kembali Lancar

Megapolitan
Warga Minta Pemerintah Bina Pelaku Prostitusi di RTH Tubagus Angke

Warga Minta Pemerintah Bina Pelaku Prostitusi di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Jakarta Disebut Jadi Kota Global, Fahira Idris Sebut   Investasi SDM Kunci Utama

Jakarta Disebut Jadi Kota Global, Fahira Idris Sebut Investasi SDM Kunci Utama

Megapolitan
Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilkada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Kilas Balik Benyamin-Pilar di Pilkada Tangsel, Pernah Lawan Keponakan Prabowo dan Anak Wapres, Kini Potensi Hadapi Kotak Kosong

Megapolitan
Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Jejak Kekerasan di STIP dalam Kurun Waktu 16 Tahun, Luka Lama yang Tak Kunjung Sembuh...

Megapolitan
Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Makan dan Bayar Sesukanya di Warteg Tanah Abang, Pria Ini Beraksi Lebih dari Sekali

Megapolitan
Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Cerita Pelayan Warteg di Tanah Abang Sering Dihampiri Pembeli yang Bayar Sesukanya

Megapolitan
Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Cegah Praktik Prostitusi, Satpol PP DKI Dirikan Tiga Posko di RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Oli Tumpah Bikin Jalan Juanda Depok Macet Pagi Ini

Megapolitan
RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi, Komisi D DPRD DKI: Petugas Tak Boleh Kalah oleh Preman

Megapolitan
DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

DPRD DKI Minta Warga Ikut Bantu Jaga RTH Tubagus Angke

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Kepulauan Seribu, Kaki dalam Kondisi Hancur

Megapolitan
Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Mayat Laki-laki Mengapung di Perairan Laut Pulau Kotok Kepulauan Seribu

Megapolitan
Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Tak Lagi Marah-marah, Rosmini Tampak Tenang Saat Ditemui Adiknya di RSJ

Megapolitan
Motor Tabrak Pejalan Kaki di Kelapa Gading, Penabrak dan Korban Sama-sama Luka

Motor Tabrak Pejalan Kaki di Kelapa Gading, Penabrak dan Korban Sama-sama Luka

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com