Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penduduk Kota Depok 2018 Meningkat 29.551, Didominasi Migrasi

Kompas.com - 20/11/2018, 10:35 WIB
Cynthia Lova,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Pusat perbelanjaan, kuliner dan bertambahnya apartemen di Depok memicu para penduduk luar Depok untuk tinggal di kota ini.

Pertumbuhan penduduk di Kota Depok setiap tahunnya meningkat. Kenaikan tersebut didominasi dari pendatang baru yang migrasi ke Depok.

“Pertumbuhan penduduk di kota Depok itu memang meningkat tiap tahunnya. Kalau di lihat dari 2018 sekarang tercatat dari Januari hingga September itu meningkat sebanyak 29.551 atau 2 persen. Ini didominasi para pendatang baru yang dari luar Depok sisanya kelahiran,” ujar Henri Mahawan, Sekertaris Dinas Kependudukan dan Sipil Kota Depok, di Balai Kota Depok, Selasa (20/11/2018).

Dinas Kependudukan dan Sipil Kota Depok mencatatat jumlah penduduk kota Depok tahun 2017 semester I itu ada 1.809.120 penduduk dan pada tahun 2018 semester I ada 1.838.671.

Dari jumlah penduduk itu, 1.274.589 orang tercatat mempunyai KTP elektronik (e-KTP).

Sedangkan 77.503 orang belum mempunyai e-KTP, karena sebagian besar belum melakukan perekaman.

Henri mengatakan, pihaknya melakukan operasi Yustisi 12 kali per tahunnya untuk untuk mengendalikan jumlah penduduknya yang terus meningkat.

"Depok tidak bisa melarang siapa pun mau datang dan tinggal apalagi setelah lebaran itu biasanya banyak yang datang ke Depok. Tapi, regulasi bagi yang datang perlu dibuat," kata Henri.

Salah satu kebijakan bagi pendatang baru diwajibkan membuat surat keterangan tempat tinggal (SKTT) yang berlaku enam bulan.

Namun, kalau sampai telat membuat surat tersebut bakal didenda Rp 100 ribu.

“SKTT bisa dibuat melalui Rukun Tetangga (RT) gratis kok. Batasnya, 30 hari setelah tinggal di Depok," ujar Henri.

Henri mengatakan, pemetaan jumlah penduduk sangatlah penting agar seluruh kebutuhan dan aktivitas warganya bisa dipenuhi.

Apalagi, penduduk yang datang juga bakal menambah jumlah sampah, dan permasalahan sosial jika tidak mempunyai keterampilan.

“Ya kadang kan kalau ke Depok, biasanya untuk cari kerja ya, lain hal kalau yang memang sudah mempunya kerja di Depok. Cuma kalau penduduk yang datang dari luar Depok masih nganggurkan bisa jadi memicu hal-hal yang dilakukannya jadi tindakan pidana,” kata Henri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com