Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ERP Tak Jadi Prioritas, Ini Cara DKI Buat Warga Beralih ke Transportasi Umum

Kompas.com - 17/01/2019, 12:17 WIB
Nibras Nada Nailufar,
Kurnia Sari Aziza

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Sigit Wijatmoko mengatakan, pihaknya akan menyiapkan push and pull factor lain selain menerapkan jalan berbayar atau electronic road pricing (ERP) untuk menanggulangi kemacetan.

Ia meyakini warga bisa didorong beralih dari kendararaan pribadi ke angkutan umum dengan cara lain.

"Enggak mutlak diselesaikan dengan ERP ya. Banyak tadi yang kami bicara bagian dari push and pull itu sendiri," kata Sigit di Balai Kota DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Kamis (17/1/2019).

Baca juga: ERP, Tak Lagi Jadi Prioritas Pemprov DKI Kurangi Kemacetan...

Sigit menjelaskan salah satu cara agar warga mau meninggalkan kendaraan pribadi dengan menaikkan tarif parkir di sekitar Jalan Jenderal Sudirman-Jalan MH Thamrin.

Tingginya tarif parkir bisa membuat warga terpaksa naik kendaraan umum.

Selain itu, Sigit menilai perbaikan pelayanan angkutan umum bisa menarik masyarakat untuk menggunakannya.

Baca juga: Lelang ERP Molor, Anies Bilang Tak Ingin Bermasalah

"Sekarang adalah bagaimana kami bisa speed up layanan umum terintegrasi, itu yang paling penting sebetulnya," ujarnya. 

Sebelumnya, dua dari tiga perusahaan peserta lelang ERP mengundurkan diri.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut ada ketidakdisiplinan dalam lelang tersebut. Ia kini tengah meminta pendapat hukum Kejaksaan Agung untuk menentukan nasib ERP.

Baca juga: Ketua DPRD DKI Minta Anies Tetap Upayakan Realisasi ERP

Anies juga mengaku tak memprioritaskan ERP dalam penanganan kemacetan.

"Kita lebih penting membangun transportasi umumnya daripada ERP-nya," ujar Anies, Jumat (11/1/2019).

Sikap ini menuai kritik dari Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi. Ia meminta agar Anies merealisasikan ERP yang sudah direncanakan pemerintahan sebelumnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com