JAKARTA, KOMPAS.com - Festival 125 Tahun MH Thamrin di Lapangan VIJ, Petojo, Jakarta Pusat pada Sabtu (16/2/2019) tampak sepi.
Saat Kompas.com menuju Lapangan VIJ pukul 13.00 WIB, terlihat ada empat booth.
Ada yang berisi makanan khas budaya Betawi, ada yang menjual minuman, dan ada pula yang menjual aksesori Persija.
Tribun penonton tampak tidak semua dipenuhi pengunjung, masih ada tempat duduk yang kosong.
Ada sekitar empat hingga lima orang yang tengah melihat ke pameran foto Sejarah VIJ dan Mohammad Thamrin.
Baca juga: Perjuangan MH Thamrin Lahirkan Sepak Bola di Ibu Kota
Meski demikian, artis panggung atau hiburan panggung terus meramaikan Lapangan VIJ dengan alunan musik gambang kromong dan alat-alat musik Betawi lainnya.
Sebagian besar pengunjung festival ini adalah warga-warga yang bertempat tinggal di Kelurahan Cideng.
Beberapa di antaranya para penggemar klub sepak bola yang terus berdatangan di festival ini.
Salah satu pengunjung asal Kabupaten Bekasi, Feri yang datang bersama istri dan anaknya mengatakan, ia sengaja datang jauh-jauh ke Lapangan VIJ untuk menemani anaknya yang hobi bola.
“Anak saya itu hobi banget. Semua kegiatan yang berhubungan dengan bola harus ia ikuti. Termasuk ke sini, ia yang memaksa-maksa ke sini,” ucap Feri, di lokasi.
Feri menyayangkan kurangnya promosi sehingga festival ini tidak diramaikan banyak orang.
Ia mengatakan, informasi tentang acara tersebut ia dapatkan dari media sosial Instagram.
“Ini termasuk sepi sih, mungkin karena di lapangan terbuka ya jadi panas sehingga beberapa orang memutuskan untuk tidak datang,” ujar Feri.
Sementara Nani, warga Kelurahan Cideng mengaku senang dengan adanya Festival 125 MH Thamrin di kawasan rumahnya di Lapangan VIJ.
Baca juga: Ada Usulan, Stadion BMW Diberi Nama MH Thamrin
“Senang dong jadi ramai, biasanya mah sepi banget. Cuma dipakai buat latihan kalau pertandingan, jarang banget digunakan,” ucap Nani.
Nur, warga Cideng lainnya yang hanya melihat dari depan pagar lapangan menyarankan agar festival ini dapat diadakan di ruangan tertutup.
“Iya harusnya bisa saja sih diadakannya di lapangan tertutup gitu, cuma kan memang lapangan ini ciri khasnya yang dibeli Pak Thamrin dulu untuk bisa main bola,” ucap Nur.
Ia juga mengatakan, desainnya yang kurang dekat ke pintu gerbang masuk membuat barang dagangan booth kurang laku terjual.
“Acaranya mah bagus banget, cuma sayang harusnya booth-nya dekat pintu gerbang masuk, jadi warga banyak yang beli. Saya saja ke ujung malas, orang panas banget,” tutur Nur.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.