Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uniknya Pemakaman Hewan Kesayangan di Pondok Pengayom Satwa Ragunan...

Kompas.com - 03/04/2019, 14:19 WIB
Sherly Puspita,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Pukul 13.00 WIB, seorang wanita muda membawa kantong besar bermotif bunga ke Pondok Pengayom Satwa, Ragunan, Jakarta Selatan.

Ia terus menundukkan kepalanya seperti tengah menyembunyikan matanya yang merah dan wajahnya yang sedih.

Wanita itu berdiri di depan loket administrasi Pondok Pengayom Satwa cukup lama.

Baca juga: Jalan-jalan ke Ragunan, Sempatkan Waktu Mengunjungi Taman Makam Satwa

Sari, seorang petugas Pondok Pengayom Satwa, menyebut, wanita yang kemudian diketahui bernama Priska tersebut tengah mengurus administrasi untuk proses kremasi anjing peliharaannya yang baru saja mati.

Tak lama kemudian, seorang petugas meminta kantong besar bermotif bunga yang ternyata berisi jenazah anjing mungil bernama Merry.

Jasad anjing dibungkus kain menunggu proses kremasi di Pondok Pengayom Satwa, Jakarta Selatan, Selasa (2/4/2019). Selain krematorium di tempat ini terdapat sekitar 700 makam hewan peliharaan serta shelter hewan.
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO Jasad anjing dibungkus kain menunggu proses kremasi di Pondok Pengayom Satwa, Jakarta Selatan, Selasa (2/4/2019). Selain krematorium di tempat ini terdapat sekitar 700 makam hewan peliharaan serta shelter hewan.

Petugas meletakkan Merry di atas timbangan untuk mengetahui bobotnya.

Petugas kremasi, Tukidjo, mengatakan bahwa untuk kremasi jasad hewan berbobot 5 kilogram, pemilik harus membayar tarif Rp 300.000. Ada tarif tambahan jika bobot hewan lebih dari 5 kilogram.

Baca juga: Orangutan Dihujani 74 Peluru, BKSDA Aceh Sesali Warga Tak Paham Perlindungan Satwa

Priska datang pada waktu yang tepat. Sebab, Pondok Pengayom Satwa hanya melayani kremasi pada pukul 09.00 hingga 15.00.

Jika terlambat, proses kremasi untuk Merry harus dilakukan pada hari berikutnya.

Selesai menimbang, Paidjo membawa Merry menuju ruang kremasi yang ada di bagian belakang pondok. Priska mengikuti langkah Paidjo dengan tetap menundukkan kepalanya.

Proses kremasi jasad anjing di Pondok Pengayom Satwa, Jakarta Selatan, Selasa (2/4/2019). Selain krematorium di tempat ini terdapat sekitar 700 makam hewan peliharaan serta shelter hewan.
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO Proses kremasi jasad anjing di Pondok Pengayom Satwa, Jakarta Selatan, Selasa (2/4/2019). Selain krematorium di tempat ini terdapat sekitar 700 makam hewan peliharaan serta shelter hewan.

Sesampainya di ruang kremasi, jasad Merry diletakkan di atas tungku kremasi. Paidjo kemudian mulai menyalakan api. Priska mengeluarkan ponselnya dan mulai memotret Merry untuk terakhir kalinya.

Api semakin besar dan membakar seluruh badan Merry.

“Biasanya perlu waktu satu jam untuk proses kremasi. Nanti setelah selesai abunya akan diambil dan pemilik anjing bisa membawanya pulang,” ujar Tukidjo.

Abu jasad hewan yang dikremasi di Pondok Pengayom Satwa, Jakarta Selatan, Selasa (2/4/2019). Selain krematorium di tempat ini terdapat sekitar 700 makam hewan peliharaan serta shelter hewan.
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO Abu jasad hewan yang dikremasi di Pondok Pengayom Satwa, Jakarta Selatan, Selasa (2/4/2019). Selain krematorium di tempat ini terdapat sekitar 700 makam hewan peliharaan serta shelter hewan.

Pemakaman hewan peliharaan

“Nyolong McD-nya Ibu, nyolong donut, nyolong roti tawar ... Nyolong hati kita. Jojo (2006-2015). Sahabat, keluarga, see you in heaven buddy,” demikian kalimat yang tertulis dalam batu nisan berukuran mungil.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com