Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dirut: Jangan Lupa "Tap Out" Sebelum Naik MRT Lagi

Kompas.com - 05/04/2019, 22:53 WIB
Vitorio Mantalean,
Kurnia Sari Aziza

Tim Redaksi

JAKARTA,  KOMPAS.com – Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sahbandar menegaskan pentingnya penumpang menaati regulasi mengenai tiket.

Hal tersebut penting dilakukan untuk mencegah penumpukan penumpang akibat tiket yang tak terlacak di gerbang pembayaran.

“Pada prinsipnya, kami membuka selebar-lebarnya buat warga di seluruh Indonesia untuk mencoba MRT. Daripada untuk coba MRT sengaja pergi ke luar negeri, lebih baik ke Jakarta saja karena sudah ada,” ujar William kepada Kompas.com saat ditemui di Stasiun Bundaran HI, Jakarta Pusat, Jumat (5/4/2019) malam.

Baca juga: MRT Beroperasi, Momentum Bagi DKI Wujudkan Program DP 0 Rupiah

“Yang penting, ikuti aturan soal tiket. Kalau misalnya ingin coba ke titik terjauh, misalnya ke Lebak Bulus, ikuti aturan untuk tap out dulu sebelum masuk lagi," katanya. 

William menyebut, antusiasme warga tinggi untuk menjajal moda transportasi massal ini.

Ia mengapresiasi sejumlah perilaku positif para penumpang yang cepat beradaptasi dengan sistem MRT.

Baca juga: Blok M Jadi Kawasan Favorit Kulineran Naik MRT

Meski demikian, membeludaknya penumpang menjadi tantangan tersendiri.

“Kalau tidak ikut aturan soal tiket nanti merugikan semuanya juga, karena setiap kali kartu tidak terbaca, gate akan error dan mesti di-set ulang," ujar William.

“Semakin sering dia error, semakin cepat juga nanti dia rusak," katanya. 

Baca juga: Anak dengan Tinggi Kurang dari 90 Cm Gratis Saat Naik MRT

Sebelumnya, gerbang pembayaran MRT sempat mengalami kendala pada operasional hari pertama, Senin (1/4/2019).

PT MRT Jakarta menyebut kendala tersebut disebabkan fenomena penumpang yang ingin menjajal rute MRT secara tuntas, sehingga naik dan turun di stasiun yang sama.

Corporate Secretary PT MRT Jakarta Muhamad Kamaluddin sebelumnya mengaku tengah menyiapkan regulasi bersama Pemprov DKI mengenai pemberian penalti bagi penumpang yang naik dan turun di stasiun yang sama.

"Kita masih diskusikan bersama Pemprov DKI soal penerapan denda sebesar Rp 14.000 untuk stasiun terjauh,” ujar Kamaluddin dikutip dari Warta Kota, Kamis (4/4/2019).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com