Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Billy Moon Duren Sawit Pasang Spanduk Tolak Pembangunan KUA di Wilayahnya

Kompas.com - 04/10/2019, 13:58 WIB
Dean Pahrevi,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Warga Komplek Billy Moon, RW 010, Kelurahan Pondok Kelapa, Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, menolak pembangunan Kantor Urusan Agama (KUA) oleh Kementerian Agama di wilayahnya.

Pantauan Kompas.com di lokasi, spanduk bertuliskan "Kami Warga RW 010 Pondok Kelapa, Menolak Pembangunan KUA di Wilayah Kami" sudah terpasang di gerbang masuk Komplek tersebut.

Spanduk juga dipasang di Kantor Sekretariat RW 010 dan di sejumlah titik lingkungan RW.

"Iya betul warga sini menolak pembangunan KUA. Itu lokasi lahan yang katanya mau dibangun KUA di RT 05, dekat masjid. Katanya kan ini lingkungan perumahan, kalau ada kantor itu aksesnya kan tidak menunjang, saya detailnya kurang paham," kata salah seorang petugas keamanan setempat yang tidak mau disebut namanya, Jumat (4/10/2019).

Baca juga: Warga Billy Moon Tolak Pembangunan Gedung KUA di Lingkungannya

Adapun tanah di lahan yang rencananya akan dibangun KUA itu, terdapat papan informasi yang menyebut bahwa tanah tersebut milik Kementerian Agama Republik Indonesia.

Tertulis juga bahwa tanah itu memiliki luas 7.892 meter persegi.

Belum ada pembangunan apapun di lahan tersebut. Kondisi saat ini, lahan nampak terlihat asri karena ditanami berbagai macam tumbuhan seperti singkong.

"Kemarin banget (Kamis, 3 Oktober 2019), (Pengurus RW) baru dipanggil ke Kantor Wali Kota Jakarta Timur. Kita ngawal kemarin. Emang nolak sudah lama sekitar tiga bulan yang lalu lah," ujar petugas keamanan tersebut.

Salah satu warga Billy Moon RW 10, Ahmad Husein Alaydrus sebelumnya mengatakan, warga menolak pembangunan karena lahan yang digunakan merupakan ruang terbuka hijau (RTH).

"Ini sudah enggak benar, masa pemukiman warga bisa dijadikan perkantoran. Apalagi perkantoran pemerintah," kata Alaydrus di Duren Sawit, Jakarta Timur, Rabu (2/10/2019), seperti dikutip Tribun Jakarta.

Mantan anggota DPRD DKI itu menuturkan, kantor pemerintah tak seharusnya berada di perumahan yang tak dilalui akses angkutan umum sebagaimana kantor lainnya.

"Sejak saya menjabat sebagai anggota Dewan, sesuai perda DKI ruang terbuka itu adalah 80 persen dan 20 persen untuk pembangunan. Kenapa sekarang jadi 70-30," ujarnya.

Alaydrus menuturkan, warga sepakat melayangkan mosi penolakan lewat pengurus RW 10 yang ditujukan ke Gubernur DKI Anies Baswedan.

Hal paling dikhawatirkan warga dari pembangunan, yakni pemerintah menggusur rumah mereka guna membangun Kantor KUA.

"Kami sangat mengharapkan surat kami dibalas Gubernur Anies agar pembangunan itu tidak berlangsung," tuturnya.

Sementara itu, Ketua RT 05 Hendra Gunawan mengatakan, pihaknya juga khawatir kenyamanan warga Komplek Billy Moon terganggu akibat aktivitas perkantoran.

Dalam mosi penolakan yang ditujukan ke Anies, Hendra menyebut sudah ratusan warga RW 10 membubuhkan tanda tangan menolak pembangunan.

Hingga kini, Kementerian Agama juga belum bisa dikonfirmasi terkait tindaklanjut kasus tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Sendiri Pakai Senpi

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

2 Pria Rampok Taksi Online di Jakbar, Leher Sopir Dijerat dan Ditusuk

Megapolitan
Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Polisi Periksa Kejiwaan Orangtua yang Buang Bayi ke KBB Tanah Abang

Megapolitan
Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Golkar Buka Peluang Lanjutkan Koalisi Indonesia Maju pada Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Di Tanah Tinggi Hampir Mustahil Menyuruh Anak Tidur Pukul 10 Malam untuk Cegah Tawuran

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com