Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kilas Balik Masa Pemerintah Hindia Belanda: Banjir Terbesar Jakarta Terjadi Tahun 1621 dan 1918

Kompas.com - 15/01/2020, 13:29 WIB
Rindi Nuris Velarosdela,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bencana banjir terjadi pada awal tahun 2020. Jakarta bagaikan wilayah yang tak bisa terpisahkan dari bencana banjir saat musim hujan.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta telah mengandalkan sejumlah program kerja untuk menanggulangi banjir yang kerap terjadi di Jakarta.

Salah satu program banjir yang cukup diandalkan saat pemerintahan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama adalah normalisasi atau pelebaran sungai.

Baca juga: Normalisasi-Naturalisasi, Mana yang Terbaik untuk Jakarta?

Seiring pergantian gubernur, terminologi normalisasi pun turut berubah. Gubernur DKI Jakarta saat ini Anies Baswedan mengganti istilah normalisasi menjadi naturalisasi.

Pasalnya, Anies tidak ingin betonisasi dilakukan di kawasan pinggir sungai. Dia menilai hal itu dapat merusak ekosistem sungai.

Namun, tanpa kita sadari Jakarta telah menjadi wilayah langanan banjir sejak pemerintah Hindia Belanda. Jakarta yang saat itu masih bernama Batavia kerap dilanda banjir saat diguyur hujan lebat.

Pemerintah Hindia Belanda bukannya membiarkan bencana banjir tersebut. Mereka telah berusaha mengantisipasi terjadinya bencana banjir dengan membangun sistem kanal.

Banjir Besar tahun 1621

Harian Kompas 10 November 2007 melaporkan, Jakarta yang dulunya masih bernama Batavia memiliki sistem kanal segi empat.

Baca juga: Anies Akan Tata Pinggiran Kanal Banjir Barat

Sistem kanal rancangan Jan Pieterszoon tersebut menyerupai tata letak Amsterdam kala itu. Namun, sistem kanal yang dibangun pemerintahan Hindia Belanda gagal menjadi pengendali banjir di kawasan Jakarta.

Pada tahun 1621 adalah catatan pertama dalam pemerintahan Hindia Belanda yang menyebutkan pos pertahanan utama VOC di Asia Timur dilanda bencana banjir besar.

Tahun 1872

Sistem kanal terbukti tidak dapat mengendalikan bencana banjir di Jakarta. Diketahui, banjir juga melanda wilayah Jakarta pada tahun 1654, 1872, 1892, 1909, dan 1918.

Baca juga: Cerita Ali Sadikin Tongkrongi Pintu Air Manggarai dan Upaya Atasi Banjir Jakarta

Banjir pada tahun 1872 merendam sejumlah wilayah Jakarta, di antaranya Kota Tua dan kawasan Harmoni. Banjir disebabkan Ciliwung meluap setelah Jakarta diguyur hujan dengan curah 286 milimeter.

Tahun 1892

Koran Sin Po terbitan 1 Januari 1892, seperti dikutip Harian Kompas menyebutkan bahwa Jakarta kembali dilanda bencana banjir besar.

Harian Kompas mewartakan bahwa wilayah Weltevreden (Gambir dan sekitarnya) terendam banjir setelah diguyur hujan lebat selama 8 jam. Curah hujan saat itu tercatat 286 milimeter.

Tahun 1893

Selang setahun, tepatnya tahun 1893, Jakarta kembali terendam banjir. Kala itu, wilayah Kampung Pluit Belakang, Sawah Besar, Kandang Sapi, Pasaruyan, Kebon Jeruk, Kemayoran Wetan dan Sumur Batu terendam banjir setinggi 1 meter.

Baca juga: Anggota DPRD Berdebat dengan Lurah soal Pompa Air Teluk Gong yang Terendam Banjir

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Korban Pelecehan Payudara di Jaksel Trauma, Takut Saat Orang Asing Mendekat

Megapolitan
Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Dilecehkan Pria di Jakbar, 5 Bocah Laki-laki Tak Berani Lapor Orangtua

Megapolitan
Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Rute Transjakarta 12C Waduk Pluit-Penjaringan

Megapolitan
Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Rute KA Gumarang, Tarif dan Jadwalnya 2024

Megapolitan
Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Kronologi Perempuan di Jaksel Jadi Korban Pelecehan Payudara, Pelaku Diduga Pelajar

Megapolitan
Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Masuk Rumah Korban, Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar Ngaku Salah Rumah

Megapolitan
Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Cegah Penyebaran Penyakit Hewan Kurban, Pemprov DKI Perketat Prosedur dan Vaksinasi

Megapolitan
Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Viral Video Gibran, Bocah di Bogor Menangis Minta Makan, Lurah Ungkap Kondisi Sebenarnya

Megapolitan
Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Kriteria Sosok yang Pantas Pimpin Jakarta bagi Ahok, Mau Buktikan Sumber Harta sampai Menerima Warga di Balai Kota

Megapolitan
Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Sedang Jalan Kaki, Perempuan di Kebayoran Baru Jadi Korban Pelecehan Payudara

Megapolitan
Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Polisi Tangkap Aktor Epy Kusnandar Terkait Penyalahgunaan Narkoba

Megapolitan
Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Pemprov DKI Jakarta Bakal Cek Kesehatan Hewan Kurban Jelang Idul Adha 1445 H

Megapolitan
Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Pekerja yang Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan Disebut Sedang Bersihkan Talang Air

Megapolitan
Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Setuju Jukir Ditertibakan, Pelanggan Minimarket: Kalau Enggak Dibayar Suka Marah

Megapolitan
Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Bercak Darah Masih Terlihat di Lokasi Terjatuhnya Pekerja dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com