Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BPTJ: Pembatasan Mudik Antarwilayah PSBB Bisa Dilakukan dengan Aturan Pemda

Kompas.com - 06/05/2020, 20:06 WIB
Cynthia Lova,
Irfan Maullana

Tim Redaksi


BEKASI, KOMPAS.com - {embatasan mudik lokal antarwilayah aglomerasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) bisa dilakukan dengan diskresi oleh Pemerintah Daerah. Diskresi yang dimaksud adalah peraturan dari Pemerintah Daerah itu sendiri.

Hal itu dikatakan Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek Polana Banguningsih Pramesti dalam jumpa pers, Rabu (6/5/2020).

Diakui Polana, meski ada aturan memperbolehkan pergerakan aglomerasi antarwilayah PSBB, hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan kerumunan.

Hal itu mengingat belum ada aturan larangan mudik lokal dalam Permenhub RI Nomor PM 25 Tahun 2020 tentang Pengendalian Transportasi Selama Masa Mudik Idul Fitri Tahun 1441 Hijriah dalam rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).

Baca juga: JJ Rizal Minta Pemerintah Gunakan Pendekatan Kultural untuk Cegah Mudik

“Antardalam provinsi wilayah PSBB (mudik atau silahturahmi) di dalam esensi PM 25 memang boleh, tapi itu bisa dibatasi oleh diskresi Pemda sendiri yang melakukan PSBB,” ujar Polana.

Polana mengaku telah membicarakan terkait pembatasan mudik lokal itu dengan Kepala Dinas Perhubungan Jawa Barat.

Polana mencontohkan satu keluarga dari Bandung yang hendak bersilahturahmi ke Bogor. Meski dalam satu ruang lingkup PSBB, namun hal ini berpeluang menimbulkan kerumunan.

“Tadi jadi saya sudah bicara dengan Kadishub Jabar, minta pendapat apakah bisa dilakukan peraturan di lingkup daerah,” kata Polana.

Baca juga: Ini Aturan dan Syarat untuk Berpergian Saat Ada Larangan Mudik

"Misalnya pegerakan hanya boleh di aglomerasi jalan PSBB. Contohnya Bandung ke Bogor itu dalam PM 25 boleh ya, karena di lingkungan PSBB, tapi itu kan sama aja dengan mudik ya, itu barangkali esensinya dilarang mudik tapi di wilayah PSBB memang jadinya diskresi pemerintah daerah sendiri,” lanjutnya.

Selain itu, ia juga menyarankan adanya pendekatan kultural untuk mengimbau agar masyarakat tidak mudik. Baik itu dari tokoh masyarakat atau antarkeluarga itu sendiri.

Dengan begitu, masyarakat bisa memiliki kesadaran untuk tidak bersilaturahmi dalam masa pandemi Covid-19. Sehingga tak menimbulkan kerumunan.

“Barangkali penekanan masing-masing keluarga itu penting ya. Ke adik kakak, sesepuh harus dari pendekatan kultural protokol dari masing-masing keluarga sendiri. Mengimbau untuk tidak datang ke rumah. Pencegahannya lebih ke kultural dan melakukan pendekatan-pendekatan yang mau mengunjungi keluarga,” tutur dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi di Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com