Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/06/2020, 21:44 WIB
Cynthia Lova,
Irfan Maullana

Tim Redaksi


BEKASI, KOMPAS.com - Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengklaim bahwa pelonggaran penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sudah bisa diterapkan di wilayahnya. 

Sebab, berdasarkan hasil kajian epidemiolog, Kota Bekasi disebut sudah memenuhi unsur pelonggaran PSBB atau PSBB proporsional.

“Kota Bekasi sudah bisa melakukan pelonggaran PSBB secara bertahap  karena sesuai situasi PSBB  tidak dapat langsung diakhiri hanya dapat dilonggarkan (bukan diakhiri),” kata Rahmat melalui keterangan tertulisnya, Rabu (10/6/2020).

Meski demikian, pelonggaran itu dapat kembali diketatkan jika situasi Covid-19 kembali tidak terkendali atau meningkat selama vaksin belum ditemukan.

Baca juga: Walkot Klaim Warga Bekasi Hampir 100 Persen Tinggal di Rumah pada Awal PSBB

“Kita harus hidup dalam kondisi normal baru (the new normal),” ucap Rahmat.

Ia menjelaskan ada beberapa indikator yang telah dipenuhi Kota Bekasi untuk menerapkan PSBB.

Pertama, secara epidemiologi level keparahan di Kota Bekasi bewarna kuning atau di angka 40 hingga 69. Artinya baik dengan perlu pengawasan.

Kedua, kesehatan masyarakat yang ada di Kota Bekasi dinilai memenuhi persyaratan pelonggaran. Sebab bewarna kuning atau di angka 40 hingga 69. Artinya baik dengan perlu pengawasan.

Baca juga: Wali Kota Klaim Angka Reproduksi Covid-19 di Bekasi Menurun Jadi 0,91 Selama PSBB

Sebab, jumlah tes dan contact tracing di Kota Bekasi terus bertambah. Kemudian, proporsi di rumah saja kurang dari 50 persen.

Kesadaran mencuci tangan dan penggunaan masker warga di Bekasi bertambah.

Ketiga, fasilitas kesehatan di Kota Bekasi pun memenuhi kriteria pelonggaran lantaran bewarna hijau atau di angka 70 hingga 100. Artinya aman.

Sebab kapasitas ventilator dan tenaga kesehatan di Kota Bekasi meningkat.

Kemudian, alat pelindung diri di Kota Bekasi juga memadai.

Rahmat mengatakan, seluruh masyarakat harus mematuhi aturan protokol Covid-19 yang ada.

Misalnya, dengan memakai masker, mencuci tangan, menjaga  dan tidak terlalu banyak berkerumun.

Kemudian, pihak Pemkot juga diminta untuk meningkatkan pemeriksaan laboratorium terutama untuk PCR dengan melakukan tracing kasus.

“Jadi kami diminta untuk tetap lakukan pemeriksaan masif dengan baik dan benar untuk menekan angka kasus di Kota Bekasi,” kata dia.

Rahmat mengatakan, jika masyarakat tidak disiplin, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi kembali  lonjakan kasus seperti bulan Maret hingga April 2020 atau yang disebut gelombang kedua.

“Mari kita jaga agar segala upaya yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat  dengan alokasi dana yang sangat besar selama Pandemi ini tidak sia sia. Sehat itu dimulai dari sendiri,” tutur dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Cekoki Remaja dengan Narkoba hingga Tewas, Pelaku: Saya Tidak Tahu Korban Masih Dibawah Umur

Megapolitan
Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Polisi Periksa 5 Saksi Terkait Kasus Begal Mobil di Tajur Bogor

Megapolitan
Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Banyak Warga Protes NIK-nya Dinonaktifkan, Petugas: Mereka Keukeuh Ingin Gunakan Alamat Tak Sesuai Domisili

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Keluarga Tolak Otopsi, Korban Tewas Kebakaran Cinere Depok Langsung Dimakamkan

Megapolitan
Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Beberapa Warga Tanah Tinggi Terpaksa Jual Rumah karena Kebutuhan Ekonomi, Kini Tinggal di Pinggir Jalan

Megapolitan
Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Polisi Tewas dengan Luka Tembak di Kepala, Kapolres Jaksel Sebut karena Bunuh Diri

Megapolitan
Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Polisi Dalami Dugaan Perempuan Dalam Koper di Bekasi Tewas karena Dibunuh

Megapolitan
Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Bursa Pilkada DKI 2024, Golkar: Ridwan Kamil Sudah Diplot buat Jabar

Megapolitan
Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Prioritaskan Kader Internal, Golkar Belum Jaring Nama-nama untuk Cagub DKI

Megapolitan
Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Korban Kebakaran di Depok Ditemukan Terkapar di Atas Meja Kompor

Megapolitan
Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Kebakaran Agen Gas dan Air di Cinere Depok, Diduga akibat Kebocoran Selang Tabung Elpiji

Megapolitan
Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Polisi Temukan Orangtua Mayat Bayi yang Terbungkus Plastik di Tanah Abang

Megapolitan
PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

PJLP Temukan Mayat Bayi Terbungkus Plastik Saat Bersihkan Sampah di KBB Tanah Abang

Megapolitan
Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Terdengar Ledakan Saat Agen Gas dan Air di Cinere Kebakaran

Megapolitan
Perbaikan Pintu Bendung Katulampa yang Jebol Diperkirakan Selesai Satu Pekan

Perbaikan Pintu Bendung Katulampa yang Jebol Diperkirakan Selesai Satu Pekan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com