Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangtua Korban: Pengurus Gereja di Depok Juga Suka Umbar Pornografi di Grup WA

Kompas.com - 14/07/2020, 16:12 WIB
Vitorio Mantalean,
Sandro Gatra

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Tersangka predator seksual anak, SPM yang juga merupakan bekas pejabat senior di Gereja Paroki Santo Herkulanus Depok, Jawa Barat, disebut juga kerap menghujani anak-anak dengan chat porno.

Sebagai informasi, SPM saat ini ditahan setelah diduga mencabuli puluhan anak dalam kegiatan misdinar yang ia ampu di gereja, sejak awal tahun 2000-an.

Guntur (bukan nama sebenarnya), ayah salah satu korban SPM berujar, chat porno yang diumbar oleh SPM dilakukan melalui grup besar di Whatsapp, yang berisi anggota-anggota misdinar yang dinaungi SPM.

“Bukan cuma kata-kata (tak pantas) saja, tapi (SPM) juga mengirimkan gambar yang tidak senonoh (di grup)," kata Guntur ketika berbincang dengan Kompas.com, Minggu (12/7/2020).

"Dari stiker sampai foto yang tidak bagus, pokoknya tidak pantas lah anak-anak usia segitu melihat gambar yang seperti itu, dengan kata-kata di chat seperti itu. Gambar-gambar porno di grup itu banyak, sayang gambarnya sudah saya hapus karena sudah saya berikan ke Komnas HAM," tambahnya.

Baca juga: Ayah Korban Pencabulan Pejabat Gereja di Depok: Anak Saya Dicabuli 4 Kali

Di sisi lain, sejak pertama anak-anak itu bergabung di bawah naungan SPM dalam kegiatan misdinar, mereka sudah diwanti-wanti agar tidak menunjukkan isi grup WhatsApp kepada orangtuanya.

Tak jelas apa alasan predator seksual itu dan motifnya mewanti-wanti mereka demikian.

Rentetan ancaman serta kekerasan terhadap anggota senior misdinar yang kerap dipertontonkan SPM kepada anak-anak yang lebih belia, diyakini Guntur membuat anak-anak itu tak berani bertanya kepada SPM.

Ditambah lagi, predator seksual anak itu disebut kerap mendekati calon korbannya secara halus.

Ujungnya, anak-anak calon korban tak merasa menjadi korban ketika dilecehkan, menganggap pelecehan oleh SPM tindakan yang wajar, bahkan berpihak pada SPM.

Baca juga: Anak-anak Korban Pencabulan di Gereja di Depok Diduga Dikondisikan agar Tak Merasa Dicabuli

Hal itu terjadi pada anak Guntur. Ia mengatakan, ketika anaknya sedang dekat dengan SPM -- sebetulnya sedang ditarget, kerap kali anaknya mengabaikan Guntur dan istrinya.

Saat Guntur meminta melihat isi grup WhatsApp misdinar, misalnya, seingat Guntur, anaknya menolaknya dengan ketus.

Ini menjadi salah satu indikasi, bahwa pengaruh SPM terhadap anak-anak itu sedemikian menancap di benak mereka, didukung dengan ancaman dan buaian yang kerap SPM lakukan kepada mereka.

“Bukan hanya saya saja. Banyak orangtua lain (yang meminta melihat isi grup WhatsApp misdinar), tetapi anak-anaknya tetap tidak memberikan untuk dilihat. Anak-anaknya menurut, seperti sudah dicuci otaknya karena ada teror tadi itu,” ujar Guntur.

“Jadi mereka selalu berkomunikasi melalui grup WA dan tidak pernah melalui japri, karena dia (SPM) tidak mau kata-katanya ketahuan melalui japri. Itu gila. Orang Komnas HAM saja kaget melihat itu. Kayak ada gambar ‘burung’ (alat kelamin pria), lalu perempuan dadanya kelihatan semua, gawat,” tuturnya.

Baca juga: Begini Awal Kasus Pencabulan Anak oleh Pengurus Gereja di Depok Terungkap

Kasus pencabulan oleh SPM baru tercium sekitar Maret 2020 lalu, ketika para pengurus lain gereja tersebut mulai mencium gelagat tak beres pada SPM terhadap anak-anak itu.

Untuk mengusut dugaan itu, gereja membentuk tim investigasi internal, mengundang orangtua anak-anak itu, meminta mereka menanyakan kepada putra-putri mereka jika pernah menjadi sasaran pencabulan oleh SPM.

Setelah terkumpul bukti-bukti yang cukup kuat, keluarga korban dan pihak gereja sepakat melaporkan SPM ke polisi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Aditya Tak Tahu Koper yang Dibawa Kakaknya Berisi Mayat RM

Megapolitan
Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Kadishub DKI Jakarta Tegaskan Parkir di Minimarket Gratis

Megapolitan
Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Koper Pertama Kekecilan, Ahmad Beli Lagi yang Besar untuk Masukkan Jenazah RM

Megapolitan
Polisi Masih Buru Pemasok Narkoba ke Rio Reifan

Polisi Masih Buru Pemasok Narkoba ke Rio Reifan

Megapolitan
Dishub DKI Jakarta Janji Tindak Juru Parkir Liar di Minimarket

Dishub DKI Jakarta Janji Tindak Juru Parkir Liar di Minimarket

Megapolitan
Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper, Korban Diduga Tak Tahu Pelaku Memiliki Istri

Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper, Korban Diduga Tak Tahu Pelaku Memiliki Istri

Megapolitan
Tangkap Aktor Rio Reifan, Polisi Sita 1,17 Gram Sabu dan 12 Butir Psikotropika

Tangkap Aktor Rio Reifan, Polisi Sita 1,17 Gram Sabu dan 12 Butir Psikotropika

Megapolitan
Polisi Usut Indentitas Mayat Laki-laki Tanpa Busana di Kanal Banjir Barat Tanah Abang

Polisi Usut Indentitas Mayat Laki-laki Tanpa Busana di Kanal Banjir Barat Tanah Abang

Megapolitan
Sebelum Dibunuh Arif, RM Sempat Izin ke Atasan untuk Jenguk Kakaknya di RS

Sebelum Dibunuh Arif, RM Sempat Izin ke Atasan untuk Jenguk Kakaknya di RS

Megapolitan
Keluarga Tolak Otopsi, Jenazah Pemulung di Lenteng Agung Segera Dibawa ke Kampung Halaman

Keluarga Tolak Otopsi, Jenazah Pemulung di Lenteng Agung Segera Dibawa ke Kampung Halaman

Megapolitan
Mayat Laki-laki Tanpa Busana Mengambang di Kanal Banjir Barat Tanah Abang

Mayat Laki-laki Tanpa Busana Mengambang di Kanal Banjir Barat Tanah Abang

Megapolitan
Perempuan Dalam Koper Bawa Rp 43 Juta, Hendak Disetor ke Rekening Perusahaan

Perempuan Dalam Koper Bawa Rp 43 Juta, Hendak Disetor ke Rekening Perusahaan

Megapolitan
Rio Reifan Lagi-lagi Terjerat Kasus Narkoba, Polisi: Tidak Ada Rehabilitasi

Rio Reifan Lagi-lagi Terjerat Kasus Narkoba, Polisi: Tidak Ada Rehabilitasi

Megapolitan
Dibutuhkan 801 Orang, Ini Syarat Jadi Anggota PPS Pilkada Jakarta 2024

Dibutuhkan 801 Orang, Ini Syarat Jadi Anggota PPS Pilkada Jakarta 2024

Megapolitan
Pembunuh Wanita Dalam Koper Transfer Uang Hasil Curian ke Ibunya Sebesar Rp 7 Juta

Pembunuh Wanita Dalam Koper Transfer Uang Hasil Curian ke Ibunya Sebesar Rp 7 Juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com