Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Maraknya Fenomena Jastip meski Berisiko Penipuan, Pengamat: Tergoda Barang Murah

Kompas.com - 15/07/2022, 13:15 WIB
Larissa Huda

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Penipuan jasa titip (jastip) masih terus terjadi. Meskipun platform ini tidak ada jaminan keamanan dan kepercayaan, pasar bisnis jastip masih terus diminati, khusunya di Indonesia.

Peneliti di Center of Digital and Innovation Economy di Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda berujar fenomena jastip ini berawal dari masifnya social media menjadi platform untuk “jualan”.

Lewat platform media sosial ini, penjual bisa menjajakan barangnya lebih mudah tanpa ada ikatan instansi resmi. Selain itu, masyarakat dengan mudah memberikan informasi lewat media sosialnya.

Baca juga: Maraknya Fenomena Jastip meski Berisiko Penipuan, Pengamat: Tergiur Jalan Tikus

Selain itu, baik penjual dan pembeli juga bisa bertransaksi untuk orang lain dengan mudah. Bahkan, untuk barang-barang tertentu, harga jastip jauh lebih murah dari toko resmi luring (offline) atau daring (online) yang ada.

"Karena masyarakat kita masih suka dengan harga yang murah. Ya, pasti banyak yang memilih berbelanja menggunakan jasa jastip ini, terutama untuk belanja barang dari luar negeri" ujar Nailul kepada Kompas.com, Jumat (15/7/2022).

Bahkan, Nailul melanjutkan, tidak sedikit orang secara individu memilih pekerjaan sebagai penyedia jasti secara khusus. Hal ini terjadi lantaran pangsa pasarnya ada dan tumbuh di Indonesia.

Baca juga: Cerita Korban Penipuan Jastip, Dikejar Reseller hingga Ganti Uang Ratusan Juta Rupiah

Sayangnya, Nailul berujar dengan potensi kerugian yang ada, saat ini tidak ada regulasi yang mengatur karena sifatnya lebih kepada kepercayaan dari pembeli ke penjual.

Hal ini tentunya bisa dimanfaatkan oleh sekelompok orang tak bertanggung jawab untuk melancarkan kejahatan berkedok jastip. Kendati demikian, Nailul berujar penipu ini akan semakin tergerus.

"Nanti seiring dengan besarnya transaksi akan ada 'seleksi' di media sosial mana yang aman, mana yang diduga penipu," ujar Nailul.

Namun, kata Nailul, masyarakat juga perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap fenomena ini. Selain itu, perlu juga ada edukasi tentang penggunaan rekening bersama(rekber).

"Dengan rekber, bisa diminimalisir kasus penipuan semacam ini," ujar Nailul.

Baca juga: Viral Kasus Penipuan Jastip Diungkap di Akun @korbanpenipuantita, Ini Cerita Salah Satu Korbannya

Belum lama ini, beredar kabar viral penipuan jastip. Cerita ini bermula dari cerita orang-orang yang menjadi korban lewat akun Instagram bernama @korbanpenipuantita.

Salah satu pengusaha jastip, Wulan, turut menjadi korban dalam kasus penipuan modus jastip barang elektronik oleh perempuan berinisial T.

Sejak mengikuti kulak bareng (kulbar) dalam jastip barang elektronik pada April 2022, barang titipannya tidak pernah tiba sampai sekarang. Wulan pun mengaku rugi hingga ratusan juta rupiah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com