Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wali Kota Klaim Pengelolaan Limbah di Depok Terbaik Setelah Bali, tetapi Tak Punya Mesin Penyaring Modern

Kompas.com - 08/12/2022, 11:43 WIB
M Chaerul Halim,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

DEPOK, KOMPAS.com - Limbah rumah tangga yang diproses di Instalasi Pengelolaan Limbah Terpadu (IPLT) Kota Depok disebut sebagai pengelolaan limbah terbaik, setelah Bali.

Akan tetapi, pengelolaan limbah di IPTL masih memiliki kekurangan, yakni belum ada mesin penyaring lumpur modern.

Kepala UPTD IPLT Kota Depok Asep Q Hidayat mengatakan, penyaring lumpur modern itu diperlukan untuk memisahkan antara logam, pasir, hingga sampah lainnya yang berasal dari septic tank.

Baca juga: Wali Kota Idris Sebut Pengelolaan Limbah di Depok Terbaik Kedua Setelah Bali

"Dan itu kita belum ada mesin pemisah itu, karena mesin pemisah itu terbukti dapat memisah antara sampah logam, kain-kain dan segala macem, pasir dan kerikil, tapi nanti yang masuk ke kolam itu lumpur," ujar Asep saat ditemui di kantornya, Kamis (8/12/2022).

Meski begitu, kata Asep, pihaknya tetap berusaha memaksimalkan pengolahan limbah dengan mesin beltpress tanpa mesin penyaring modern.

Namun, risikonya mesin tersebut akan cepat rusak jika pengolahannya tak berhati-hati.

Baca juga: Delegasi Laos Datang ke Depok, Wali Kota Idris Sebut Mau Belajar Pengelolaan Limbah

"Kita harus hati-hati nanti akan kesebar ke mesin pengolahan itu mesin akan cepat rusak. Mesin itu dirancang untuk mem-beltpress lumpur halus. Kalau lumpurnya ada logam, pecahan kaca, besi, pasir, kerikil kami tetap saring," ujar dia.

Untuk itu, Asep menyebutkan IPLT sangat memerlukan mesin penyaring lumpur tersebut.

"Kekurangannya itu saja, mesin penyaringan, cukup satu saja. Perkiraan memang harganya sekitar Rp 600 juta," imbuh dia.

Sebelumnya diberitakan, Wali Kota Depok Mohammad Idris menyebut wilayah administrasinya merupakan kota terbaik dalam pengelolaan limbah, setelah Bali.

Baca juga: Disegel, Bangunan Penampungan Limbah dan Barang Rongsok yang Berdiri Liar di Bekasi

Hal itu berdasarkan penilaian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) lantaran pengelolaan limbah di Depok menggunakan teknologi modern.

"Iya (Depok terbaik) soal pengelolaan limbah bersama bali, karena memang tadi mesin pengelolanya modern tidak manual lagi," kata Idris usai menerima kunjungan delegasi Laos di Kantor UPTD IPLT, Kalimulya, Cilodong pada Selasa (5/12/2022).

Kendati demikian, kata Idris, Pemkot Depok akan mengevaluasi dengan para pakar terkait kekurangan pengelolaan limbah tersebut.

"Hasilnya pun dinilai oleh Bappenas progresnya cukup baik. Tapi nanti kita lihat kan ada pakar-pakar, apa kekurangannya akan kami share sehingga nanti mereka bisa benar-benar belajar khususnya Depok," ujar dia.

Baca juga: Seorang Ibu Diduga Buang Bayi ke Tong Sampah Usai Melahirkan di Toilet Terminal Pulogebang

Idris mengakui kekurangan pengelolaan limbah di wilayah administrasinya, salah satunya, tak memiliki alat penyaringan sampah di dalam mobil.

"Kekurangannya, di antaranya alat penyaring sampah ya dari mobil ke alat penyaringnya nanti ada plastik, beling, segala macam, itu akan terpisah sebelum masuk ke kolamnya," ujar dia.

Oleh karena itu, Idris meminta Bappenas dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyediakan empat alat penyaring limbah untuk Kota Depok.

"Kami butuh tiga atau empat unit sehingga nanti lebih jernih lagi air limbah yang akhirnya keluar dari kolam," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Polda Metro Jaya Kerahkan 3.454 Personel Amankan Hari Buruh di Jakarta

Megapolitan
Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Terima Mandat Partai Golkar, Benyamin-Pilar Saga Tetap Ikut Bursa Cawalkot Tangsel dari PDIP

Megapolitan
Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Brigadir RAT Bunuh Diri dengan Pistol, Psikolog: Perlu Dicek Riwayat Kesehatan Jiwanya

Megapolitan
'Mayday', 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

"Mayday", 15.000 Orang Buruh dari Bekasi Bakal Unjuk Rasa ke Istana Negara dan MK

Megapolitan
Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Maju Pilkada 2024, 2 Kader PDI-P yang Pernah Jadi Walkot Bekasi Juga Daftar Lewat PKB

Megapolitan
3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

3 Juta KTP Warga DKI Bakal Diganti Jadi DKJ pada Tahun Ini, Dukcapil: Masih Menunggu UU DKJ Diterapkan

Megapolitan
Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Saat Tekanan Batin Berujung pada Kecemasan yang Dapat Membuat Anggota Polisi Bunuh Diri

Megapolitan
PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

PMI Jakbar Ajak Masyarakat Jadi Donor Darah di Hari Buruh

Megapolitan
Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Gulirkan Nama Besar Jadi Bacagub DKI, PDI-P Disebut Ingin Tandingi Calon Partai Lain

Megapolitan
Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Anggota Polisi Bunuh Diri, Psikolog Forensik: Ada Masalah Kesulitan Hidup Sekian Lama...

Megapolitan
Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Warga Sebut Pabrik Arang di Balekambang Sebelumnya Juga Pernah Disegel

Megapolitan
Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Pengelola Sebut Warga Diduga Jual Beli Rusun Muara untuk Keuntungan Ekspres

Megapolitan
Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Nama Andika Perkasa Masuk Bursa Cagub DKI 2024, Pengamat: PDI-P Harus Gerak Cepat

Megapolitan
Polisi Tutup Kasus Kematian Brigadir RAT, Kompolnas: Sudah Tepat karena Kasus Bunuh Diri

Polisi Tutup Kasus Kematian Brigadir RAT, Kompolnas: Sudah Tepat karena Kasus Bunuh Diri

Megapolitan
Pengedar Narkoba yang Ditangkap di Depok Konsumsi Ganja Berbentuk 'Liquid'

Pengedar Narkoba yang Ditangkap di Depok Konsumsi Ganja Berbentuk "Liquid"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com