JAKARTA, KOMPAS.com — Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Ketapang, Gambir, Jakarta Pusat, mengelola budi daya larva (maggot) Black Soldier Fly (BSF) untuk mengurangi produksi sampah organik.
"Budi daya BSF kita ambil dari Pemprov DKI—Pergub 77 tahun 2020. Daya reduksi sampahnya cukup besar, satu banding lima," kata Pelaksana Tugas Suku Dinas (Plt Sudin) Lingkungan Hidup (LH) Jakarta Pusat, Edy Mulyanto, pada Senin (20/2/2023).
Edy menjelaskan bahwa 1kg larva BSF dapat mereduksi sampah organik berbentuk sampah olahan dapur (SOD) hingga 5 kg.
"BSF ini siklusnya dari mulai ngambil bibit dari lalat BSF. Kita pancing lalu kawinkan. Setelah empat hari, yang betina bertelur dan menetas jadi baby maggot. Setelah delapan hari sudah jadi maggot dewasa," kata dia.
Menurut penjelasan Edy, budi daya larva BSF ini hanya membutuhkan waktu dua minggu untuk panen.
"Itu tadi, larva umur 8 hari sudah bisa mereduksi 5kg 8 SOD. Kalau baby maggot, makanannya masih harus halus-halus. SOD-nya diblender," tuturnya.
Apabila dijual, larva BSF memiliki nilai ekonomis hingga Rp 50.000 per kilonya. Atas fakta ini, Edy mendorong para pengurus rukun warga (RW) setempat untuk turut membudidayakan larva BSF agar mereduksi sampah.
"Sekitar 14-18 hari sudah bisa panen. Jangan dipanen semua biar siklusnya jalan terus. Sisihkan sebagian," ujar Edy.
Baca juga: Hari Peduli Sampah Nasional 2023, Tuntas Kelola Sampah untuk Kesejahteraan Masyarakat
Selain itu, ekstrak dari lalat BSF juga bermanfaat untuk pakan ternak, minyak, dan kosmetik.
"Tidak begitu banyak modal. Cuma butuh kandang lalat dan biopond. Kotoran mereka juga bisa jadi kompos," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.