JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak empat rumah mewah yang sudah dihuni belasan tahun di Perumahan Taman Duren Sawit, Jakarta Timur, pada Kamis (29/3/2023) sudah rata dengan tanah karena penggusuran.
Selain empat rumah tersebut, terdapat sepuluh rumah mewah lain di area sama yang sedang menunggu nasib apakah akan turut alami penggusuran atau tidak.
Total terdapat 14 rumah di Perumahan Taman Duren Sawit yang terdampak sengketa kepemilikan lahan.
Para pemilik rumah tersebut terjerat sengketa kepemilikan lahan meski memiliki sertifikat hak milik (SHM) sebagai bukti kepemilikan lahan.
Usut punya usut, nasib buruk bisa menimpa ke-14 pemilik rumah mewah di Perumahan Taman Duren Sawit karena ulah pengembang nakal.
Baca juga: Punya Sertifikat, Pemilik Rumah Mewah di Duren Sawit Diminta Bayar Ganti Rugi jika Tak Mau Digusur
Salah satu pemilik rumah mewah yang digusur, Jidin, mengatakan bahwa ia sudah membeli rumahnya dari pengembang PT Altan Karsaprisma sejak 2006 silam.
Usai pelunasan, Jidin mendapatkan SHM sebagai bukti bahwa ia adalah pemilik sah dari lahan yang ditempatinya.
Lima belas tahun berlalu, tiba-tiba dia dikejutkan dengan datangnya surat permohonan pengosongan rumah secara sukarela dari Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Timur pada 3 Agustus 2021.
"Kami telusuri semua permasalahan, dan mendapatkan, memang PT Altan Karsaprisma dugaan kuatnya adalah pengembang nakal," kata dia kepada Kompas.com di Duren Sawit, Jakarta Timur, Senin (27/3/2023).
PT Altan Karsaprisma selaku pengembang ternyata berkonflik dengan pria yang mengklaim sebagai pemilik lahan bernama Muhammad yang saat ini sudah meninggal dunia.
Baca juga: Nasib Pemilik Rumah Mewah di Duren Sawit yang Digusur, Mengadu ke Komnas HAM demi Perjuangkan Hak
Pada 1995, Muhammad, menggugat PT Altan Karsaprisma atas kepemilikan tanahnya di lahan seluas 16 hektare yang hendak dibangun menjadi Perumahan Taman Duren Sawit.
Muhammad mengaku sebagai pemilik legal dari sebagian tanah yang dibebaskan PT Altan Karsaprisma, yakni seluas 3.378 meter persegi.
Pengembang tetap menjadikan lahan yang diakui oleh Muhammad sebagai bagian dari perumahan. Hal itu membuat Muhammad melakukan gugatan ke PN Jakarta Timur pada 1995. Gugatan tersebut baru dimenangkan Muhammad pada 2006.
Ke-14 rumah mewah yang mendapatkan surat permohonan pengosongan rumah secara sukarela tersebut berdiri di atas tanah yang secara legalitas dimiliki Muhamad.
"Kami temukan fakta, mereka (pengembang) punya kewajiban tahun 1991 untuk harus membebaskan 3.378 meter persegi supaya blok sertifikat mereka utuh," ucap Jidin.
Baca juga: Duduk Perkara Penggusuran Rumah Mewah di Duren Sawit, Pemilik Ungkap Berbagai Kejanggalan