JAKARTA, KOMPAS.com - Sebagian besar sopir bus antarkota antar provinsi (AKAP) di Terminal Kalideres, Jakarta Barat "gigit jari" karena sepinya penumpang menuju Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah.
Kondisi ini rupanya telah berlangsung sejak pandemi Covid-19, sehingga membuat sopir bus harus memutar otak untuk bertahan hidup di Ibu Kota.
Suroto (51) sopir bus PO Jaya jurusan Kalideres-Ponorogo mengaku pendapatannya menurun sejak pandemi.
Baca juga: Alasan Warga Mudik Lebih Awal dari Terminal Kalideres, Hindari Macet dan Harga Tiket Bus Murah
"Sejak pandemi sampai sekarang itu enggak stabil penumpangnya. Pokoknya kurang dari target," ujar Suroto saat ditemui Kompas.com di Terminal Kalideres, Selasa (11/4/2023).
"Dulu sebelum pandemi, H-12, H-13 ramai pemudik. Sekarang sampai H-10 belum ada kenaikan jumlah penumpang," sambung dia.
Bagi pria asal Wonogori, Jawa Tengah ini, pandemi Covid-19 bak menghentikan roda perekonomian sopir bus AKAP, termasuk dirinya.
Jika biasanya sekali mengangkut penumpang Suroto bisa mengantongi Rp 500.000, kini dia hanya bisa membawa uang sekitar Rp 300.000 untuk bertahan hidup.
"Rugi enggak rugi, memang profesi ya. Yang penting kita enjoy, kerja itu kalau kita ikhlas, semangat enggak akan pernah capek," ucap Suroto.
Baca juga: 2 Pekan Jelang Lebaran 2023, Sejumlah Warga Pilih Mudik Lebih Awal dari Terminal Kalideres
Sesekali Suroto menatap ke kaca bus bagian depan sambil membersihkan setir bus yang akan dikemudikannya menuju Ponorogo.
Di dalam bus itu baru terisi sekitar lima penumpang. Hal inilah yang membuat Suroto harus memutar otak untuk mendapatkan penghasilan lebih.
"Ya, saya nunggu nasibnya saja. Kadang-kadang berharap tapi nasibnya yang enggak mujur. Tapi harapannya penumpang lebih banyak," papar Suroto.
Sementara itu, Suroto mengaku telah menjadi sopir bus sejak puluhan tahun lalu.
Profesi tersebut dipilih karena ayahnya yang juga merupakan sopir bus.
Baca juga: Dishub DKI Siapkan 170 Bus Bantuan Untuk Pemudik yang Terlalu Lama Tunggu Kendaraan Berangkat
Meski senang menjalani pekerjaannya, Suroto mengaku kerap dikomplain penumpang jika bus yang dikemudikannya mengalami masalah seperti mogok.
Namun, dia tetap sepenuh hati mengantarkan penumpang sesuai tujuannya masing-masing.
"Kadang kadang sukanya itu penumpang puas. Dukanya itu kadang mogok di jalan kami kena komplain, kena omelan," tutur Suroto.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.