JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar keamanan siber dan forensik digital dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, menduga penipu dalam kasus "Tinder Swindler Indonesia" profesional dan terpelajar.
Seperti diketahui, terduga penipu ini sempat menyinggung bisnis jual beli daring yang disebutnya sebagai salah satu sumber kekayaannya selama ini untuk menjerat korbannya.
Bisnis jual beli daring yang dimaksud adalah sebuah website lokapasar berbahasa asing. Pelaku menyebut, itu adalah e-commerce besar di Cina.
Baca juga: Saat Para Penipu Tinder Swindler Incar Wanita Indonesia, Kini Diburu Polisi...
"Tampilannya sangat profesional, bahkan (pelaku) cukup terpelajar. Sehingga korbannya percaya dan mengirimkan uang," ucap Alfons kepada Kompas.com, dikutip Rabu (23/8/2023).
Bagi orang awam, ucap Alfons, akan sangat sulit mengindentifikasi keaslian website yang ditawarkan pelaku. Padahal, kata Alfons, website serupa bisa dibuat oleh siapa pun.
Agar tidak mudah tertipu hal serupa, Alfons berujar, masyarakat harus mengerti cara mengecek domain, kapan website didaftarkan dan oleh siapa, pemegang saham atau pemilik nya siapa, hosting nya dimana.
"Semua itu agak teknis dan sulit dimengerti oleh awam. Mungkin konsultasi atau tanya dengan teman yang mengerti IT (teknologi informasi) lebih baik," ucap Alfons.
Baca juga: Pelaku Tinder Swindler Indonesia Diduga Manfaatkan Kelemahan Hindsight Bias pada Manusia, Apa Itu?
Di sisi lain, kata Alfons, pelaku juga memanfaatkan kondisi yang sedang mencari jodoh dengan memberikan impian sebagai pasangan yg dicari oleh korban.
Adapun pelajaran yang bisa diambil dari peristiwa ini, menurut Alfons, setiap masyarakat diminta berhati-hati apabila ingin menjalin hubungan dengan melalui aplikasi kencan daring.
"Karena di dunia digital identitas orang sulit dikenali dan identifikasi hanya berdasarkan kredensial," ucap Alfons.
Menurut dia, saat ini foto, video, dan gambar sangat mudah dipalsukan. Apalagi dengan adanya kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), penipuan lebih sulit lagi di identifikasi kalau hanya mengandalkan kanal digital.
Baca juga: Pakar Duga Pelaku Tinder Swindler Indonesia Melakukan Victim Profiling Sebelum Tipu Korban
"Jadi kalau memang mau mengandalkan kanal digital dalam hubungan, ya harus ada kopi darat dulu. Harus ada sikap skeptis karena ini dunia digital sudah pasti menjadi incaran penipu profesional," ucap Alfons.
Adapun para korban menduga kuat penipu dalam kasus "Tinder Swindler Indonesia" berjumlah banyak. Bahkan, pelaku diduga pula merupakan sebuah jaringan.
Salah seorang korban berinisial TY mengatakan, para korban yang telah berjejaring pernah mencocokkan suara penipu mereka satu sama lain berdasarkan kiriman voice note.
Hasilnya, ada yang suara yang sama persis, ada pula yang tidak. Namun demikian, modus para pelaku dalam melancarkan penipuan cenderung sama.