Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasien ISPA dan Pneumonia di RSUP Persahabatan Naik 30 Persen, Warga Diimbau Pakai Masker

Kompas.com - 06/09/2023, 17:41 WIB
Wasti Samaria Simangunsong ,
Nursita Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Jumlah pasien pengidap infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan radang paru-paru (pneumonia) yang berobat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Jakarta Timur, naik 20-30 persen pada Juli 2023 jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.

Informasi itu disampaikan Dokter Spesialis Paru Kelompok Staf Medis (KSM) RSUP Persahabatan Dr.dr. Feni Fitriani Taufik, SpP(K), Mpd.Ked.

Kendati begitu, ia tidak memerinci jumlah pasien ISPA dan pneumonia yang berobat di RSUP Persahabatan.

"Di poliklinik rawat jalan datanya itu memang ada peningkatan untuk kasus ISPA dan pneumonia sebesar 20-30 persen dibandingkan tahun lalu, Juli 2022, dibanding Juli 2023. Tapi itu data umum angka global. Untuk per kelompok itu belum dibagi," kata Feni saat ditemui Kompas.com di RSUP Persahabatan, Rabu (6/9/2023).

Baca juga: Perusahaan Swasta Diminta Pasang Water Mist Atasi Polusi Jakarta, Biaya Ditanggung Masing-masing

Feni memaparkan, penyebab meningkatnya kasus ISPA bukan polusi udara saja.

"Kalau ISPA kan penyebabnya banyak ya dan polusi jadi salah satu faktor penyebab ISPA. Bisa bakteri, virus, lingkungan, polusi, itu juga kondisi yang meningkatkan ISPA pada masyarakat," papar dia.

"Ada kaitan enggak sama polusi udara? Ya mungkin ada, mungkin enggak. Dengan kondisi polusi sekarang ya bisa jadi salah satu faktor, (tapi) bukan satu-satunya faktor," lanjut Feni.

Berbagai bentuk polutan yang ada saat ini, kata Feni, bisa membawa dampak buruk saat terhirup dan masuk ke saluran pernapasan.

"Bentuk polutannya kan macam-macam ya, ada gas, ada partikel. Gasnya itu ada yang bersifat iritasi di saluran napas, itu yang bikin batuk," terang dia.

Baca juga: Yayasan Ini Temui Heru Budi, Tawarkan Penanganan Polusi dengan Semprot Ekoenzim

Lalu, ada pula polutan yang bersifat afeksian atau bisa menimbulkan sesak napas, seperti karbon monoksida atau CO.

"Nah itu CO yang bisa mengganggu ikatan hemoglobin dan oksigen, sehingga orang kurang oksigen dan merasa sesak napas," ujar Feni.

Lalu, ada lagi partikel lain yang berukuran sangat kecil, yakni PM 10 dan PM 2.5.

"Partikel itu kan ada yang PM 10, PM 2.5, ultrafineultrafine (UFP). Nah PM 2.5 ini yang sangat-sangat halus, dia bisa masuk ke alveoli, ke dalam pembuluh darah," jelas Feni.

"Itu yang efeknya bisa mengakibatkan kerusakan paru, sampai ke sistem saraf pusat, risiko stroke meningkat, masuk ke sistem jantung dan pembuluh darah, hingga bisa jadi hipertensi dan penyakit kardiovaskular. Itu ulahnya si PM 2.5," tambah dia.

Imbau warga pakai masker di luar ruangan

Feni berujar, ISPA pada tingkat yang parah bisa menyebabkan pneumonia atau infeksi berat lainnya yang membuat pasien harus dirawat inap.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbuck Tutupi Kabah saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbuck Tutupi Kabah saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Megapolitan
Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com