JAKARTA, KOMPAS.com - Polisi telah rampung melakukan pemeriksaan kejiwaan AH (26), pelaku yang menggorok leher wanita berinisial FD (44) hingga tewas di dekat Mal Central Park, Tanjung Duren, Jakarta Barat.
Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes M Syahduddi mengungkapkan bahwa AH mengalami gangguan jiwa berat.
Hal itu diketahui berdasarkan hasil pemeriksaan kejiwaan AH selama dua pekan di Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur.
Baca juga: Polisi Sebut Pembunuh Wanita di Tanjung Duren Mengidap Skizofrenia Paranoid
"Dari dokter forensik psikiatri disampaikan bahwa terhadap tersangka didapati gangguan jiwa berat, yang dalam istilah kedokteran disebut dengan skizofrenia paranoid," ujar Syahduddi dalam konferensi pers di Mapolres Metro Jakarta Barat, Selasa (24/10/2023).
Syahduddi mengatakan, pembunuhan yang dilakukan AH merupakan bagian dari gejala gangguan jiwa tersebut.
Oleh sebab itu, dokter merekomendasikan agar AH mendapatkan perawatan psikatri dan pengawasan ketat.
"Pelaku sering berhalusinasi, berbicara sendiri dan juga memberikan keterangan yang berubah-ubah," ujar Syahduddi.
Syahduddi berujar, AH nekat menggorok leher FD lantaran mendapat bisikan gaib.
Baca juga: Gorok Wanita hingga Tewas di Dekat Central Park, Pelaku Mengaku Dapat Bisikan Gaib
Berdasarkan pengakuan pelaku, kata Syahduddi, bisikan gaib itu mendorongnya datang ke lokasi kejadian.
"Dari pelaku sendiri alasan untuk melakukan pembunuhan, dikarenakan adanya bisikan ataupun halusinasi dari pelaku," ungkap Syahduddi.
Berdasarkan keterangan keluarganya, AH disebut kerap berperilaku aneh dalam enam bulan terakhir.
Menurut keluarganya, pelaku sering melakukan hal-hal yang tak masuk akal.
"Pelaku pernah menutup lampu dengan lakban, dengan alasan dari lubang lampu tersebut sering keluar debu-debu, atau sampah yang bersifat jahat," jelas Syahduddi.
Baca juga: Selain Bicara Ngawur, Pembunuh Wanita di Dekat Central Park Mal Sering Halusinasi
Tak sampai di situ, AH juga pernah membuang air dari kemasan galon isi ulang lantaran dianggap ada makhluk jahat di dalamnya.
"Dalam enam bulan terakhir pelaku sering berperilaku aneh, dengan berhalusinasi dan juga memberikan informasi-informasi yang dianggap oleh ibu maupun adik-adiknya tidak masuk akal," jelas Syahduddi.