JAKARTA, KOMPAS.com - Kerasnya perjuangan untuk mencari uang begitu dirasakan oleh kernet bus Antarkota Antarprovinsi (AKAP) bernama Anto (52).
Pria asal Tegal, Jawa Tengah, itu mengaku bahwa ada banyak hal yang harus ia korbankan agar bisa mendapatkan uang demi anak dan istrinya, salah satunya adalah waktu bersama keluarga.
Kepada Kompas.com, Anto menjelaskan mengenai tugas-tugas pokok sebagai seorang kernet.
Baca juga: Keluh Kernet Bus AKAP: Sekali Perjalanan Dapat Rp 150.000 tapi Tak Tahu Kapan Pulang
Di Terminal Tegal, Anto hanya melakukan pemeriksaan dengan mengambil karcis-karcis dari penumpang.
“Nanti (karcisnya) kasih pengurus, lalu berangkat. Entar kalau di jalan dapat tiga penumpang, ya ambil duitnya, terus kasih sopir,” kata Anto saat berbincang dengan Kompas.com di sebuah warung kopi, Dadap, Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (24/1/2024).
Setelah sampai tujuan, misal wilayah Dadap, Anto bersama sopir bus tidak langsung kembali ke Terminal Tegal. Mereka menunggu penumpang sampai keesokan harinya.
“Kita rutenya dari Tegal, masuk Cipali, Grogol, Cengkareng, Kamal Muara, Dadap. Terus, ngetem. Kalau enggak ada penumpang, ya kayak begini, nge-pool, enggak pulang,” ujar Anto.
“Ya kalau misalnya cuma dapat dua atau tiga penumpang bagaimana? Entar pengurusnya enggak berani nombok. Ya syukur-syukur ada 10 lebih, bisa pulang. Kalau penumpangan cuma dua atau tiga, ya di sini lagi. Iya, enggak (pulang),” lanjutnya.
Jika mendapatkan penumpang banyak, mereka langsung bergegas. Tugas Anto sama seperti di Terminal Tegal, melakukan pengecekan.
Baca juga: Siasat Anto Menutupi Kurangnya Upah Kernet Bus AKAP untuk Penuhi Kebutuhan Sehari-hari
Jika ada penumpang di tengah jalan, ia mengambil uang lalu memberikan kepada sopir.
Saat tiba di Terminal Tegal, Anto harus membersihkan bus. Ia memungut sampah penumpang yang tersisa dan menyapu lantai bus sampai bersih.
Setelah itu, Anto baru bisa menerima upahnya dalam satu kali perjalan pulang dan pergi.
Namun, tugas Anto belum usai. Saat matahari terbit, ia harus mencuci bus sebelum akhirnya digunakan oleh sopir lain.
“Waktu baru-baru jadi kernet, ya semangat. Setelah narik, sampai Terminal 03.00 WIB, langsung nyuci saya. Tapi lama-lama saya kena penyakit, keluar darah. Saking capeknya kali ya. Pas diperiksa, kecapean katanya,” imbuh Anto.
Baca juga: Sekarang Rp 100.000 Mah Enggak Ada Apa-apanya, tapi Upah Kernet Enggak Naik-naik
“Saya berpikir, ya karena besoknya libur, mending cuci pagi saja. Kan enak, soalnya sudah tidur. Kira-kira jam 08.00 WIB. Nanti jam 12.00 WIB sudah bersih semua. Besoknya lagi, ngetem lagi (di Terminal Tegal),” tambahnya.