Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Pengamat: Mungkin yang Dipukulin tapi Enggak Meninggal Sudah Banyak

Kompas.com - 06/05/2024, 16:54 WIB
Abdul Haris Maulana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat pendidikan sekaligus Ketua Dewan Pakar Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti menduga, kasus kekerasan yang dilakukan senior terhadap junior di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) sudah banyak terjadi dan menjadi budaya atau tradisi.

Dugaan itu muncul setelah kasus penganiayaan berujung maut di STIP kembali terjadi, kali ini menimpa Putu Satria Ananta Rastika (19) pada Jumat (3/5/2024).

"Muncul kayak begini tuh (kasus kekerasan) akan terus ada. Tapi karena sampai meninggal baru terkuak. Mungkin yang dipukulin tapi enggak sampai meninggal mungkin banyak, cuma enggak ngadu," ungkap Retno saat dihubungi Kompas.com, Senin (6/5/2024).

Baca juga: Taruna STIP Meninggal Dianiaya Senior, Menhub: Kami Sudah Lakukan Upaya Penegakan Hukum

Retno menyampaikan, kekerasan di lingkungan pendidikan paling sering menimpa seorang junior atau adik kelas.

Kekerasan yang terjadi pada akhirnya menjadi sebuah budaya yang sulit untuk dihentikan.

"Lalu ini (tindak kekerasan) biasanya menimpa anak-anak pada level bawah, jadi di kelas awal. Nah, ketika dia masih di semester 1 dan 2, dia dihajar tuh sama kakak-kakaknya (senior). Tapi begitu dia punya adik kelas, maka dia akan melakukan itu kepada adik kelasnya. Jadi ini namanya budaya kekerasan, jadi itu sudah ada," jelas Retno.

Lebih lanjut, Retno tidak membenarkan sebuah tindakan pendisiplinan harus dibalut dengan kekerasan.

"Mereka kan (pelaku kekerasan melakukan kekerasan) atas nama pendisiplinan, bilangnya mau penindakan dengan alasan (korban kekerasan) indisiplin (melanggar disiplin). Mau indisiplin atau tidak, ya tidak boleh dilakukan kekerasan," kata Retno.

"Karena Indonesia juga sudah meratifikasi kovenan internasional tentang anti penyiksaan. Jadi kita harusnya tidak boleh melakukan kekerasan atas dasar apa pun, apalagi ini di dunia pendidikan," imbuhnya.

Baca juga: Kasus Kekerasan di STIP Terulang, Pengamat: Ada Sistem Pengawasan yang Lemah

Sebagai informasi, seorang taruna STIP bernama Putu Satria Ananta Rastika (19) tewas usai dianiaya seniornya, Tegar Rafi Sanjaya (21), Jumat (3/5/2024).

Peristiwa bermula ketika Putu dan keempat orang temannya ketahuan oleh Tegar tak mengikuti pelajaran olahraga.

"Untuk siswa tingkat satu (Putu dan keempat temannya) saat itu kegiatannya olahraga, nah si korban ini bersama teman-temannya berjumlah lima orang, menuju ke kamar mandi karena tertinggal atau tidak mengikuti kegiatan olahraga," ucap Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara AKBP Hady Saputra Siagian saat dikonfirmasi, Minggu (5/5/2024).

Kemudian, Putu dan keempat temannya dipanggil lalu dikumpulkan ke kamar mandi oleh Tegar. Di dalam kamar mandi, Tegar memukul bagian ulu hati Putu sebanyak lima kali hingga korban tersungkur.

Setelah itu, Tegar mencoba menarik lidah Putu dengan maksud untuk melakukan upaya pertolongan terhadap korban.

Namun, upaya tersebut malah berakibat fatal. Putu tewas karena saat lidahnya ditarik Tegar, saluran pernapasannya tertutup dan menghambat aliran oksigen.

Baca juga: Kronologi Penganiayaan Taruna STIP hingga Tewas, Pukulan Fatal oleh Senior dan Pertolongan yang Keliru

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

Curhat Seniman Grafiti Diremehkan karena Tak Banyak Uang, Janji Akan Terus Berkarya

Curhat Seniman Grafiti Diremehkan karena Tak Banyak Uang, Janji Akan Terus Berkarya

Megapolitan
Rancang dan Perjuangkan Sendiri, Kios Seni di GKJ Jadi Karya Terbesar Suwito Si Pelukis

Rancang dan Perjuangkan Sendiri, Kios Seni di GKJ Jadi Karya Terbesar Suwito Si Pelukis

Megapolitan
Kerap Dipandang Sebelah Mata Jadi Pelukis Jalanan, Atu: Bagi Saya Tidak Masalah

Kerap Dipandang Sebelah Mata Jadi Pelukis Jalanan, Atu: Bagi Saya Tidak Masalah

Megapolitan
Ini Biang Kerok Eskalator 'Skybridge' Stasiun Bojonggede Rusak Berminggu-minggu

Ini Biang Kerok Eskalator "Skybridge" Stasiun Bojonggede Rusak Berminggu-minggu

Megapolitan
Sistem Imigrasi Sempat 'Down', Penumpang di Bandara Soekarno Hatta Sebut Tak Ada Lagi Antrean Panjang

Sistem Imigrasi Sempat "Down", Penumpang di Bandara Soekarno Hatta Sebut Tak Ada Lagi Antrean Panjang

Megapolitan
Warga Dorong Polisi Selidiki Kasus Penjarahan Aset Rusunawa Marunda

Warga Dorong Polisi Selidiki Kasus Penjarahan Aset Rusunawa Marunda

Megapolitan
Jauh-jauh dari Depok, Tiga Pemuda Datang ke PRJ demi Coba Mie Goreng Viral

Jauh-jauh dari Depok, Tiga Pemuda Datang ke PRJ demi Coba Mie Goreng Viral

Megapolitan
Mumet Ujian dan Sekolah, Salwa ke PRJ Demi 'Ketemu' Grup Kpop Seventeen

Mumet Ujian dan Sekolah, Salwa ke PRJ Demi "Ketemu" Grup Kpop Seventeen

Megapolitan
Warga Teriak Lihat Anies Keliling PRJ: Pak, Jadi Gubernur Lagi Ya...

Warga Teriak Lihat Anies Keliling PRJ: Pak, Jadi Gubernur Lagi Ya...

Megapolitan
Wakili Heru Budi, Wali Kota Jakpus Buka Perayaan HUT DKI di PRJ Bareng Anies

Wakili Heru Budi, Wali Kota Jakpus Buka Perayaan HUT DKI di PRJ Bareng Anies

Megapolitan
Jajan Kerak Telor di PRJ, Anies: Kangen, Sudah Dua Tahun Enggak Makan Ini

Jajan Kerak Telor di PRJ, Anies: Kangen, Sudah Dua Tahun Enggak Makan Ini

Megapolitan
Anies Baswedan Kunjungi PRJ, Pandu Pesta Kembang Api dari Atas Panggung

Anies Baswedan Kunjungi PRJ, Pandu Pesta Kembang Api dari Atas Panggung

Megapolitan
Beli Uang Palsu Rp 22 Miliar, Pelaku Bakal Tukar dengan Duit Asli yang Akan Dimusnahkan BI

Beli Uang Palsu Rp 22 Miliar, Pelaku Bakal Tukar dengan Duit Asli yang Akan Dimusnahkan BI

Megapolitan
Awalnya Pembeli, Pria di Depok Dimodali Bandar Buat Jadi Peracik dan Pengedar Tembakau Sintetis

Awalnya Pembeli, Pria di Depok Dimodali Bandar Buat Jadi Peracik dan Pengedar Tembakau Sintetis

Megapolitan
Keluarga Berharap Virgoun Bisa Direhabilitasi

Keluarga Berharap Virgoun Bisa Direhabilitasi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com