Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DKI Hargai Tanah Rp 802.000 per Meter, Warga Kali Sunter Menolak

Kompas.com - 29/03/2014, 19:01 WIB
Robertus Belarminus

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Normalisasi Kali Sunter, Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, masih menunggu proses negosiasi masalah ganti rugi. Warga yang terkena dampak pembebasan lahan ini menolak ganti rugi Pemerintah Provinsi DKI karena tidak sepakat dengan harga yang ditawarkan.

Ketua RW 03 Cipinang Melayu, Muchtar Usman mengatakan, berdasarkan informasi yang diketahuinya, Pemprov DKI menawarkan ganti rugi sesuai dengan nilai jual objek pajak (NJOP) tahun 2013, yang besarnya Rp 802.000 per meter persegi. Tetapi tawaran ini kemudian ditolak warga.

"Itu yang ditawari oleh pemerintah. Dan kalau saya lihat SK gubernur-nya juga segitu," kata Muchtar, kepada Kompas.com, Sabtu (29/3/2014).

Muchtar mengakui, bahwa sosialisasi hal itu bukan dilakukan di wilayahnya namun di RW 04. Namun, warga di RW tersebut menolak dengan nilai ganti rugi tersebut. Sebab, dengan nilai tersebut, lanjutnya, warga tidak dapat membeli bangunan baru jika jadi dinormalisasi.

"Kalau kita, harga segitu, ya warga nolak. Enggak akan bisa beli tanah atau rumah lagi," ujar Muchtar.

Sebab, warga setempat menurutnya hanya memiliki tempat tinggal dengan luas tanah rata-rata sekitar 40 meter persegi.

Dengan mengacu pada ganti rugi NJOP yang ditawari pemerintah, kata dia, nilai yang diterima warga tidak sesuai dengan biaya yang sudah dikeluarkan untuk membangun rumah. Apalagi, warga bertempat tinggal di tanah yang merupakan hak milik.

"Kalau warga maunya antara 3 kali lipat NJOP itu. Per meter maunya Rp 2,4 juta. Itu untuk tanah saja. Kalau bangunan mesti lihat lagi jenis bangunan, ya sekitar Rp 6 juta per meter," ujar Muchtar.

Lurah Cipinang Melayu Syaeful Hayat, membenarkan hal tersebut. Menurutnya, sosialisasi tahap satu sudah dilakukan terhadap warga di RW 04 pada Oktober 2013 silam. Warga, kata dia, mau untuk dipindahkan asal nilai ganti rugi cocok.

"Tinggal masalah kecocokan harga. Permintaan dari warga tentu kita tampung dan masalah harga akan dimasukan oleh panitia untuk disampaikan ke Dinas PU," ujar Syaeful.

Menurutnya, relokasi akan dilakukan terhadap permukiman di bantara Kali Sunter yang terdapat di 6 RW. Adapun untuk sejumlah RW selain RW 04, sosialisasi akan dilakukan secara bertahap.

"Karena ini tahun 2014, jadi menunggu SK terbaru dari Provinsi. Karena terakhir kali sosialisasii itu Oktober 2013. Nanti dilanjutkan 2014 ini, menunggu SK untuk kelanjutan," jelas Syaeful.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi 'Penindakan'

Taruna STIP Tewas Dianiaya, Polisi Ungkap Pemukulan Senior ke Junior Jadi Tradisi "Penindakan"

Megapolitan
Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Empat Taruna STIP yang Diduga Saksikan Pelaku Aniaya Junior Tak Ikut Ditetapkan Tersangka

Megapolitan
Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Motif Pelaku Aniaya Taruna STIP hingga Tewas: Senioritas dan Arogansi

Megapolitan
Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Penyebab Utama Tewasnya Taruna STIP Bukan Pemukulan, tapi Ditutup Jalur Pernapasannya oleh Pelaku

Megapolitan
Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Polisi Tetapkan Tersangka Tunggal dalam Kasus Tewasnya Taruna STIP Jakarta

Megapolitan
Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Hasil Otopsi Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior: Memar di Mulut, Dada, hingga Paru

Megapolitan
Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Akhir Penantian Ibu Pengemis yang Paksa Orang Sedekah, Dua Adiknya Datang Menjenguk ke RSJ

Megapolitan
Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Polisi Sebut Ahmad dan RM Semula Rekan Kerja, Jalin Hubungan Asmara sejak Akhir 2023

Megapolitan
Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Praktik Prostitusi di RTH Tubagus Angke Dinilai Bukan PR Pemprov DKI Saja, tapi Juga Warga

Megapolitan
Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Keluarga Harap Tak Ada Intervensi dalam Pengusutan Kasus Mahasiswa STIP yang Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com