Dokter telah memvonis putra pasangan Ian Muhammad Sofian (27) dan Ayu Denta Sari (20) mengidap penyakit kanker hati dan harus segera mendapatkan cangkok hati. "Memang 3 minggu ini kondisi anak saya sudah kritis, harusnya memang cepat dicangkok, tapi karena enggak ada biaya, ya jadi seadanya aja," ujar Ayu di kamar jenazah RSCM, Kamis.
Ayu mengatakan, sudah lima hari anaknya harus dibantu pernapasan menggunakan selang oksigen yang dipasang di bawah hidung. Kalau selang dilepas, kata Ayu, Pram merasa sesak napas.
Pada Rabu (4/6/2014) malam, kata Ayu, sekitar pukul 21.00 WIB, kondisi Pram kian menurun. Bahkan, anaknya sudah memasuki masa kritis. Namun, pada Kamis siang, ada pertanda baik melihat Pram yang sadar, tetapi kemudian kondisinya kembali melemah dan kesulitan bernapas.
Dokter sampai menggunakan alat bantu untuk menaikkan denyut jantung Pram, tetapi Pram akhirnya mengembuskan napas terakhir di hadapan tim dokter, Ayu, dan seorang kerabat dekat orangtuanya yang biasa dipanggil Bunda Namora.
Bunda Namora mengucapkan terima kasih kepada banyak kalangan yang telah berupaya membantu Pram. Adapun kekecewaan dia lontarkan kepada Pemerintah Kota Bekasi yang menurut dia tak memperlihatkan sedikit pun upaya turun tangan membantu Pram.
"Kami semua mati-matian mencarikan dana untuk biaya operasi Pram. Sampai-sampai meminta bantuan ke pemerintah pusat dan Pemerintah Kota Bekasi. Tapi, tanggapan sedikit saja tak ada," kata Bunda.
Sebelumnya diberitakan, Pramudita Iskandar, yang menderita penyumbatan hati, tidak dapat melanjutkan pengobatan di RSCM karena pertanggungan BPJS-nya ditolak. Saat melahirkan Pram di bidan posyandu, Ayu mengaku sudah melihat kelainan pada Pram, yakni warna badannya yang menguning.
Ayu mengatakan, dia diminta harus menyiapkan uang sekitar Rp 2 miliar untuk biaya operasi dan perawatan apabila ingin Pramudita sembuh. Surat BPJS Kesehatan yang disodorkan Ayu ditolak rumah sakit karena nilai pertanggungannya tak mencukupi untuk biaya operasi Pram. Dalam keseharian, orangtua Pram hanya bekerja sebagai tukang cuci dan buruh serabutan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.