Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemborosan Anggaran Pendidikan DKI Capai Rp 2,4 Triliun

Kompas.com - 02/07/2014, 10:12 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI Jakarta menemukan pos anggaran yang tidak perlu atau pemborosan anggaran Dinas Pendidikan di APBD 2014 sebesar Rp 2,4 triliun.

Kepala Bappeda DKI Jakarta, Andi Baso Mappapoleonro mengatakan, pihaknya tidak hanya menemukan pos anggaran ganda, namun banyak program yang tidak diperlukan bahkan tidak penting.

"Misalnya pengadaan mebel, kenapa harus beli mebel baru? Kalau ada yang rusak, panggil saja tukang buat memperbaiki," kata Andi kepada wartawan di Jakarta, Rabu (2/7/2014).

Kemudian, lanjut Andi Baso, tak sedikit anggaran yang dialokasikan untuk pengadaan filling cabinet baru. Ia menjelaskan, jika hanya kunci lacinya yang rusak, lebih baik diganti kuncinya saja demi penghematan. Menurut dia, dana yang tidak terpakai itu rencananya akan disimpan di dalam kas daerah dan baru akan digunakan jika diperlukan.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Lasro Marbun mengaku tidak terlibat dalam perumusan anggaran pendidikan 2014. Sebab, ia baru menjabat sebagai Kadisdik sejak Februari lalu atau sekitar empat bulan. Anggaran masih disusun oleh Kadisdik DKI terdahulu, Taufik Yudi Mulyanto, yang kini menjabat sebagai Kepala Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP).

Sebelumnya, Lasro merupakan Kepala Biro Ortala DKI. Saat melihat anggaran pendidikan, ia terkejut karena banyaknya pos anggaran serupa. Misalnya saja ada pos anggaran rehab berat sekolah dan rehab total sekolah. Menurut dia, pos anggaran itu kegiatannya serupa, hanya saja namanya yang berbeda.

"Rp 2,4 triliun itu kebanyakan untuk pengadaan perlengkapan sekolah, rehab sekolah, dan anggaran rehab sekolah tapi belum dibutuhkan setelah dicek di lapangan," kata Lasro.

Lasro menuding jumlah anggaran pengadaan perlengkapan sekolah jauh lebih besar dibanding rehab sekolah. Kendati demikian, Lasro tidak menjelaskan detail jumlah masing-masing pos anggaran tersebut.

Atas temuan penggelembungan anggaran ini, selanjutnya ia melaporkan kepada Gubernur DKI Jakarta non aktif Joko Widodo dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Pihaknya pun tidak mengetahui apakah anggaran yang tidak terpakai itu akan dialihkan ke program lainnya atau tidak. Sebab, pihak yang berhak memutuskan penggunaan anggaran itu adalah eksekutif dan legislatif, dalam hal ini Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) dan Badan Anggaran (Banggar) DPRD.

"Kalau kami hanya bertugas menganalisa program itu kini darurat dibutuhkan atau tidak. Bukan berarti anggaran yang saya coret itu tidak penting ya, mungkin setahun atau dua tahun lagi, kegiatan itu baru diperlukan," ujar Lasro.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Polisi Grebek Laboratorium Narkoba di Perumahan Elite Kawasan Sentul Bogor

Megapolitan
Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Bau Sampah Terasa Menyengat di Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Ini Tujuan Benyamin Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot Tangsel di Tiga Partai Rival

Megapolitan
Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Usaha Dinsos Bogor Akhiri Perjalanan Mengemis Rosmini dengan Telusuri Keberadaan Keluarga

Megapolitan
Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Pembunuh Perempuan Dalam Koper Sempat Tinggalkan Jasad Korban di Hotel

Megapolitan
Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Dipecat karena Dituduh Gelapkan Uang, Ketua RW di Kalideres: Buat Apa Saya Korupsi Kalau Datanya Lengkap

Megapolitan
Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Sudah Sepi Pembeli, Uang Retribusi di Lokbin Pasar Minggu Naik 2 Kali Lipat

Megapolitan
Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Benyamin-Pilar Kembalikan Berkas Penjaringan Pilkada Tangsel, Demokrat Sambut dengan Nasi Kebuli

Megapolitan
Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Sehari Berlalu, Remaja yang Tenggelam di Kali Ciliwung Belum Ditemukan

Megapolitan
Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Polisi Masih Observasi Kondisi Kejiwaan Anak yang Bacok Ibu di Cengkareng

Megapolitan
Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Pedagang Sebut Lokbin Pasar Minggu Sepi karena Lokasi Tak Strategis

Megapolitan
Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Ini Kantong Parkir Penonton Nobar Timnas Indonesia U-23 Vs Irak U-23 di Monas

Megapolitan
Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Golkar Depok Ajukan Ririn Farabi Arafiq untuk Maju Pilkada 2024

Megapolitan
Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Jasad Bayi Tergeletak di Pinggir Tol Jaksel

Megapolitan
Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Fakta Kasus Pembunuhan Wanita Dalam Koper di Cikarang: Korban Disetubuhi lalu Dibunuh oleh Rekan Kerja

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com