KRL seri 205 merupakan kereta listrik seri terbaru yang dibeli PT KAI Commuter Jabodetabek sejak 2013. KRL seri 205 merupakan kereta bekas yang dibeli dari operator East Japan Railway Company (JR East).
Manajer Komunikasi PT KCJ Eva Chairunisa mengatakan, rangkaian yang beroperasi merupakan 1 dari 18 rangkaian yang dibeli pada 2005. ”Rangkaian ini selesai sertifikasi dan bisa kami operasikan untuk menambah perjalanan,” katanya.
Saat ini, ada 200 perjalanan relasi Bogor-Jakarta Kota setiap hari. Selain itu, ada 106 perjalanan relasi Bogor-Jatinegara. Penumpang KRL lintas Bogor merupakan yang tertinggi, mencapai 72 persen dari sekitar 600.000 penumpang per hari.
Tercatat ada 15 rangkaian KRL seri 205 yang sudah selesai menjalani proses sertifikasi dari Kementerian Perhubungan. Sejumlah 12 rangkaian beroperasi di lintas Jakarta Kota-Bogor, 1 rangkaian di Bekasi-Jakarta Kota, dan 2 rangkaian menjadi cadangan operasional.
Secara keseluruhan, ada 18 rangkaian KRL seri 205 yang dibeli PT KCJ tahun 2013. Tiga rangkaian di antaranya masih menjalani proses sertifikasi.
Eva menambahkan, operasional KRL seri 205 ini akan menambah jumlah perjalanan serta menggantikan sejumlah KRL yang sudah tidak layak lagi beroperasi. Harapannya, gangguan perjalanan akibat gangguan pada kereta api bisa dikurangi setelah operasional KRL ini.
Rentan gangguan
Penambahan jumlah perjalanan KRL membuat waktu tunggu kedatangan KRL semakin pendek. Eva mengatakan, saat ini waktu tunggu KRL di stasiun antara Bogor-Manggarai berkisar 5-10 menit.
Namun, jika ada gangguan perjalanan KRL, imbas ke KRL lain akan semakin terasa. Pada Kamis pagi, gangguan wesel di Depo Depok membuat perjalanan sedikitnya 4 KRL yang akan keluar depo terganggu. Kondisi ini berimbas pada keterlambatan perjalanan KRL lainnya di lintas ini.
Gangguan perjalanan juga dirasakan penumpang lintas Bogor pada sore hari.
Di sisi lain, jeda keberangkatan antar-KRL yang kian singkat bisa berdampak menimbulkan kepadatan dan kemacetan lalu lintas di pelintasan.
Di wilayah Kota Bogor saja dari Stasiun Bogor sampai Sukaresmi ada pelintasan resmi dan dijaga, yakni Jalan MA Salmun, Jalan RE Martadinata, dan Jalan Kebon Pedes. Pelintasan Jalan KH Sholih Iskandar sudah diatasi dengan terowongan.
Di pelintasan Jalan RE Martadinata yang merupakan pelintasan kedua dari Stasiun Bogor, hampir setiap 5 menit palang pintu turun. Melewati pelintasan, kendaraan harus pelan sehingga wajar terjadi antrean.
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengatakan, solusi untuk kemacetan di pelintasan cuma membuat terowongan atau jalan layang. Cara lain ialah jalur KRL dibuat melayang atau di dalam tanah. Untuk itu, pemerintah provinsi dan pusat harus membantu pendanaan. (BRO/ART)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.